KEBUTUHAN rumah di Indonesia terutama di kota-kota besar sangat mendesak, karena pertumbuhan penduduk yang cepat, sementara lahan semakin sempit. Maka munculah ide pembuatan hunian dengan arah keatas, alias bertingkat.
Maka lahirlah rumah susun. Itu kebutuhan untuk rakyat kebanyakan. Perkembangan selanjutnya, maka lahirlah bangunan yang lebih keren, dengan nama apartemen. Bangunan yang tak beda dengan hotel ini pun lalu menjamur di kota-kota besar, terutama Jakarta dan sekitarnya.
Apartemen, demi memenuhi kebutuhan bagi masyarakat kota yang bergerak sangat cepat, membutuhkan hunian secara praktis. Penghuni tinggal masuk ke apatermen, lalu di situ sudah serba lengkap, ada kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur, beres lah.
Tapi, perkembangan apartemen bukan saja sekadar hunian. Kamar apartemen dipakai macam-macam, nggak beda kayak kamar hotel. Selain buat hunian pribadi juga, untuk menaruh ‘simpenan’? sampai buat kejahatan, jual beli narkoba dan sekaligus digunakan buat pesta narkoba. Kamar juga disewakan buat prostitusi.
Sementara ini banyak orang frustrasi mengakhiri hidupnya terjun dari lantai sekian belas apartemen. Orang membunuh simpenannya juga dari kamar apartemen. Seperti yang terjadi di satu apartemen di Jakarta Selatan. Belum jelas, siapa yang membunuh wanita muda itu. Tapi orang juga paham, bahwa korban dalam keadaan bugil, pasti ada sesuatu yang terjadi sebelum pembunuhan.
Memang sangatlah sulit melarang orang berbuat kejahatan di apartemen, karena orang mau jahat di mana saja bisa. Hanya masalahnya, kayaknya apartemn satu tempat yang nyaman dan lebih aman. Ketika mereka sudah punya kunci kamar, maka tinggal masuk, sementara tetangga kamar lainnya nggak peduli. Pokonya nafsi-nafsilah. Luh luh gue gue. Inilah gaya hidup hunian masa kini, yang sangat pribadi.
Tapi ingatlah, apartemen kan buat rumah tinggal. Bukan tempat bunuh diri, membunuh, pelacuran dan jual narkoba? -massoes
http://poskotanews.com/2018/12/21/di-balik-kamar-apartemen/Bagikan Berita Ini
