RUPANYA “sumpah pocong” kini sudah menjadi komoditas politik. Setelah Yusril Ihza Mahendra menantang Prabowo untuk “sumpah pocong” gara-gara PBB diremehkan, giliran Menko Polhukam Wiranto menantang Kivlan Zen dan Prabowo untuk sumpah yang sama. Tapi semua itu ternyata hanya gertak sambal ke lawan politik.
Sumpah adalah jalan terakhir untuk menguji kejujuran dan kebenaran. Tapi di era gombalisasi ini, orang begitu mudah mengangkat sumpah. Sedikit-sedikit sumpah, sedikit-sedikit sumpah. Kenapa sumpah hanya sedikit? Paling sering adalah ucapan “demi Allah”, lalu “sumpah pocong”, dan kemudian “mubahalah”.
Sumpah “demi Allah” hampir menjadi makanan sehari-hari. Terbentur masalah sedikit saja, kejujuran sudah diujikan. “Demi Allah,” katanya, atau tak kalah populer bahasa anak sekarang: suwerrrrr! Entah apa asbabul nuzulnya, kok jadi muncul kosa kata tersebut. Padahal dalam Bahasa Jawa, suwer justru mengandung makna: sobek atau tercabik.
Tak kalah sering ujian kejujuran lewat sumpah yang namanya “sumpah pocong”. Ini bukan pocong hantu, yang lepas dari keranda lalu berjalan berjungkit-jungkit, tapi ritual yang dipandu seorang ustadz, sementara dua orang yang bersumpah tubuhnya dibungkus kain kafan. Keduanya sama-sama bersumpah, siap diadzab Allah seketika jika bohong.
Dalam kasus korupsi, pernah soal “sumpah pocong” jadi menu persidangan. M. Nazarudin menantang Anas Urbaningrum bersumpah pocong, sebaliknya mantan Ketua HMI itu menantang jaksa KPK untuk bersumpah pocong pula. Bahkan pengacara Yusril Ihza Mahendra baru saja menantang Prabowo untuk sumpah pocong. Soalnya Ketum PBB itu tak terima partainya disebut: Partai Bikinan (Pra) Bowo.
Ironisnya, kini Prabowo dan Kivlan Zein giliran ditantang sumpah pocong oleh Menko Polhukam Wiranto. Kenapa mantan Ketum Hanura itu sampai begitu emosi? Soalnya dia dituduh ikut bermain dalam lengsernya Pak Harto 21 Mei 1998. Padahal seperti pernah dikatakan, jika mau kudeta, peluangnya waktu itu ada. Tapi Wiranto memilih cara lewat Pilpres, meskipun kalah (2004) oleh SBY.
Begitu mudah “sumpah pocong” dijadikan komoditas politik, padahal resikonya bisa dipocong beneran dalam waktu singkat. Tapi faktanya, tantangan sumpah itu sekedar gertak sambal. Sebab sampai kini para penantang maupun yang ditantang tak pernah ada beritanya benar-benar bersumpah pocong. – gunarso ts
http://poskotanews.com/2019/02/27/sumpah-pocong-menjadi-alat-gertak-sambal-ke-lawan-politik/Bagikan Berita Ini