DARI dulu PSSI tidak beres-beres. Jaman diketuai Nurdin Halid, meski dipenjara, masih juga pimpin PSSI. Di era Lanyala Mataliti begitu juga, dia mundur karena terjerat kasus korupsi. Kini, setelah Ketumnya mundur karena jadi Gubernur Sumut, Plt Joko Driyono malah jadi tersangka. PSSI kan bukan kepenjangan Pengatur Skor se-Indonesia.
Pelawak grup Bagito pernah bilang, PSSI itu lebih terkenal pengurusnya ketimbang prestasinya. Aneh memang, mencari 11 pemain handal dari 250 juta penduduk RI kok tak kunjung dapat. Sampai-sampai, ikut berlaga di Piala Dunia hanya sebuah otopia.
Paling luar biasa adalah ketika Ketumnya Nurdin Halid. Meski jadi terpidana masih juga bercokol di posisinya. Mending La Nyala Mataliti, ketika jadi tersangka korupsi dana hibah Kadin, langsung mengundurkan diri sebagai Ketum PSSI.
Makin ke sini PSSI makin merana, sehingga pernah dibekukan Menpora Imam Nahrawi. Tapi ketika dipimpin Edy Rahmayadi, malah terungkap adanya pengaturan skor pada sejumlah kompetisi yang digelar PSSI. Sudah banyak yang ditangkap, sementara Edy Rahmayadi kemudian mundur karena mau fokus ke jabatan Gubernur Sumut.
Pasca kemunduran Edy Rahmayadi, naiklah Joko Driyono sebagai Plt Ketum PSSI. Tapi berdasarkan penyelidikan Satgas Anti Mafia Bola, ternyata kemudian dia diketahui jadi “pemain” juga, sehingga naik status jadi tersangka. Soalnya dia berani perintahkan anak buah rusak barang bukti pengaturan skor.
Ironisnya, meski sudah jadi tersangka Joko Driyono tak mau mundur juga, meski sudah banyak yang menyarankan. Jangan-jangan dia hendak “napak tilas” dengan Nurdin Halid dulu, tetap pimpin PSSI meski jadi narapidana.
PSSI sedang bersih-bersih, tapi jika sapunya kotor juga, kapan bersihnya? Mestinya Joko Driyono mundur saja secara legowo. Jangan sampai jadi olok-olok publik bahwa PSSI itu kepanjangan: (P)engatur (S)kor (S)e-(I)ndonesia. – (gunarso ts)
http://poskotanews.com/2019/02/20/pssi-itu-bukan-kepanjangan-pengatur-skor-se-indonesia/Bagikan Berita Ini