PT POS Indonesia mampu bertahan di tengah gempuran teknologi informasi dan aplikasi. Tapi lantaran sekedar bertahan, kesejahteraan pegawai bawahan tak memuaskan. Sejak Juni 2018 pegawai “bergolak” dan klimaksnya terjadi demo besar-besaran di kantor pusat Bandung. Ironisnya , 1 Februari mestinya tanggal gajian, pegawai PT Pos Indonesia belum terima.
Ini mungkin baru terjadi kali pertama di Indonesia. Demo pegawai langsung berdampak tidak terima gaji. Apa bagian urusan gaji ikut mogok bekerja? Tragis memang, gara-gara pegawai Pos Indonesia demo, berujung pada penyetopan gaji.
Pos Indonesia pertama kali didirikan 26 Agustus 1746 jaman Gubernur Jendral GW Baron Van Imhof. Pernah bernama Pos Telepon Telegram (PTT), PN Postel dan PN Pos & Giro, sejak tahun 1995 perusahaan pos itu berganti nama menjadi PT Pos Indonesia.
Sampai tahun 1960-an PTT dengan logo merpati itu sangat populer di kampung-kampung. Jaman itu belum ada internet, sehingga rakyat sangat mengandalkan datangnya petugas pos yang disebut Pak Pos. Tapi karena petugas pos belum sebanyak sekarang, surat-surat itu hanya ditempatkan di kantor kecamatan. Petugas desa yang kebetulan ke kecamatan, lalu membawanya pulang dan disampaikan pada yang bersangkutan.
Tapi seiring dengan perkembangan teknologi, sejak tahun 2000-an Pos Indonesia tersaing oleh internet dan HP. Kiriman dokumen berkurang, kartu Lebaran tak ada lagi. Semua bisa dikirim lewat email dan SMS. Sejak itu bisnis pos melesu, sehingga pernah merugi hingga Rp 606 miliar lebih. Jaringan Kantor Pos dikurangi, pos keliling juga makin terbatas.
Tapi PT Pos Indonesia termasuk hebat juga. Bila teknologi informasi dan aplikasi membuat banyak perusahan kolaps dan merengek-rengek minta perlindungan pemerintah, PT Pos Indonesia tidak cengeng. Dia menyiasati dengan banyak inovasi, sehingga Pos Indonesia kini tak hanya melayani jasa surat dan wesel, tapi juga melayani pembayaran PBB, rekening listrik dan telepon.
Sayangnya kesejahteraan untuk pegawai di bawah benar-benar tak mencukupi, sehingga sejak pertengahan 2018 “bergolak”. Klimaksnya beberapa hari lalu ribuan pegawai Pos Indonesia demo. Sayangnya, penyelesaian bukan gaji dinaikkan, tapi malah penundaan gaji. Mestinya tanggal 1 Februari, justru ditunda. Tapi direksi tak merasa langgar aturan, selama ini gaji pegawai Pos Indonesia lebih dulu dibayarkan sebelum bekerja. – (gunarso ts)
http://poskotanews.com/2019/02/06/demo-tuntut-kesejahteraan-pak-pos-malah-tidak-gajian/Bagikan Berita Ini