MALAM nanti debat pertama Capres-Cawapres Jokowi-Prabowo dilangsungkan dan bisa ditonton di TV. Meski diprediksi tak lagi seru, diharapkan oleh dua kubu bahwa debat itu bisa menaikkan elektabilitas. Tinggal bagaimana penampilan nanti. Bila penampilan buruk dan mengecewakan, justru suara pendukung bisa lepas.
Sampai 15 April 2019 nanti, jadwal debat Capres-Cawapres sebanyak lima kali. Yang terasa aneh dan lain dari yang lain, kemasan debat oleh KPU kali ini terkesan Arief Budiman Cs mau didikte oleh Timses BPN dan TKN. Bagaimana tidak, semua aturan dan keputusan nyaris berdasarkan musyawaroh dan mufakot ala Srimulat.
Siapa moderator, siapa pula panelis, KPU tak bisa menentukan sendiri. Semua harus disetujui Timses Prabowo maupun Jokowi. Jika salah satu menolak pastilah batal. Untuk panelis misalnya, kubu Prabowo menghendaki Bambang Wijoyanto, tapi kubu Jokowi menolak karena diragukan netralitasnya.
Begitu pula untuk moderator. BPN pernah mengusulkan nama Karni Ilyas juragan ILC di TV One. Tapi yang menolak bukan saja kubu TKN, publik dan netizen juga tidak setuju, karena masih banyak moderator yang masih muda. Untungnya Karni Ilyas sendiri juga keberatan jika namanya ikut dipasang.
Maka nanti malam diputuskan, sebagai moderatornya adalah Ira Koesno presenter TV senior, dan Imam Priyono penyiar TVRI Jakarta. Dua orang ini diharapkan bisa bikin “panas” panggung, karena ditilik dari kemasan debat sepertinya akan menjadi kurang greget dan hambar.
Bagaimana tidak hambar, sejumlah materi pertanyaan sengaja dibocorkan KPU untuk para Capres-Cawapres, istilahnya kisi-kisi. Memangnya teralis jendela rumah? Jadi nantinya para peserta debat tentu saja sudah siap dengan jawabannya, tinggal menghapal.
Berdasarkan hasil survei terakhir sejumlah lembaga survei, elektabilitas Capres No. 01 seputar 54 % sementara Capres No. 02 berkisar 34 %. Masih terpaut 20 %. Lewat debat nanti malam, kubu Prabowo-Sandiaga berharap bisa menaikkan elektabilitas. Begitu juga kubu Jokowi-Ma’ruf Amin.
Penonton boleh kecewa, tapi KPU punya alasan pakai kemasan baru ini. Mereka tak mau mimbar debat justru jadi ajang mempermalukan Capres-Cawapres. Padahal mestinya, lewat debat bisa diketahui isi otak kandidat. Di sinilah maafaat debat, bisa menaikkan atau menurunkan elektabilitas. Kalau naik, berarti masa mengambang telah memantapkan pilihannya. Sebaliknya kalau turun, banyak suara kabur gara-gara kecewa pada kandidat. – gunarso ts
http://poskotanews.com/2019/01/17/debat-bikin-naik-elektabilitas-atau-malah-bikin-suara-lepas/Bagikan Berita Ini