Linggis pun Ikut Bicara

ORANG kalau emosi, lalu membabi buta pula, dan mata hatinya pun buta pula. Maka ketika tersinggung sedikit saja nggak bisa menahan amarah, langsung saja membalas dengan kekerasan, membunuh! Celakanya, mereka melakukan pembunuhannya dengan alat-alat pertukangan, seperti palu alias martil, linggis, cangkul, obeng, gunting dan alat lain yang seyogyanya digunakan sebagai alat-alat bangunan.

Seseorang yang membawa alat-alat tersebut memang aman, tidak seperti senjata tajam atau senjata api, yang memerlukan surat izin khusus dari yang berwenang. Linggis, martil, cangkul bisa dibawa orang dengan leluasa dengan alasan sebagai alat bangunan.

Bagi para perampok hal ini dimanfaatkan dengan leluasa dalam aksinya. Linggis dan obeng dipakai membongkar pagar dan pintu rumah milik korban. Bukan itu saja, linggis, martil dan obeng juga dipakai senjata jika aksi mereka kepergok. Tak sedikit korban luka parah, tewas karena dihantam benda keras tersebut.

Ada juga yang menggunakan alat-alat tersebut karena selisih paham. Bisa jadi di dalam keluarga dekat, suami istri, antara kawan atau atasan dan bawahan. Ribut sampai timbul dendam. Kayaknya nggak ada jalan lain, kecuali dibalas dengan kekerasan?

Beberapa kasus pembunuhan menyertakan linggis dan martil sebagai barang bukti kejahatan. Misalnya kasus di Bekasi, satu keluarga suami isri dan dua anaknya, mereka diantaranya dihabisi pakai linggis. Sementara kasus lain, martil alias palu ikut bicara menghantam kepala korban hingga tewas.

Memang bukan kali ini saja, bahwa alat-alat tersebut turut digunakan sebagai kejahatan. Gunting, obeng, sudah nggak asing lagi turut serta sebagai bukti dan saksi penganiayaan. Sungguh, orang kalau sudah marah hati tertutup, dan ingin segera saja menghabisi lawannya. Benda apa saja yang ada di tangan langsung dihantamkanya. Ada palu, linggis, cangkul, pun ikut bicara.

Ada pribahasa, kalau cinta ditolak, dukun bertindak. Penjahat keji, orang sakit hati, alat bangunan ikut beraksi! -massoes

Let's block ads! (Why?)