BEGITU melewati gerbang penjara, mantan napi itu langsung memburu musuh-musuhnya, dan satu persatu dibunuh. Dor, dor, dor! Tanpa bicara ba bi bu, atau sedikit memberi kesempatan pada sang korban untuk sekadar ‘say hello’, misalnya? Nggak lah, pokoknya, luh dulu yang bikin sengsara gue, maka sekarang harus tanggung akibatnya.Selesai! Begitu kira-kira kata si ‘Coboy’ dengan ujung pistol masih terarah di jidat si lawan yang terkapar.
Itu film yang berkisah tentang sekelompok garong, tapi belakangan mereka menjerumuskan si ‘Coboy’ itu, meringkuk di penjara sendirian. Kawan-kawannya berhianat, malah menghabisi saudara si ‘Coboy’. Bukan itu saja, bahwa ternyata kejahatan itu juga didalangi oleh seorang oknum petugas. Dendam pun membara.
Sekali lagi ini cerita film, yang seharusnya boleh ditonton, boleh disimak, boleh juga sebagai nasihat, bahwa semua kejahatan pada akhirnya akan kalah oleh kebenaran. Walau yang melibas ketidakadilan itu adalah juga bekas anggota geng tersebut.
Tapi apakah dendam harus dibalas dan diakhiri dengan pembunuhan. Nyawa dibayar nyawa? Padahal sebab musabab dendam itu tidak sebanding dan harus dibayar dengan darah atau nyawa? Betapa dahsyatnya,dendam membabi buta.
Misalnya, hanya karena tersinggung sering disuruh-suruh,kemudian marah? Lalu menclurit si Bos yang suka menyuruh? Lah, namanya juga bos,ya nyuruh pesuruh. Kalau nggak mau disuruh ya jadi bos, dong!
Ada juga gara-gara harta, lalu pikiran dan mata hati buta. Kemudian diselesaikan dengan membunuh. Kerabatnya sekeluarga dihabisi. Empat nyawa dibantai. Apakah itu sebanding dengan apa yang disengketakan?
Ya, mau nggak mau bahwa kesabaran adalah modal bagi siapa saja yang sedang berseteru. Sabar,sabar, sabar,Bung! Ayo pikir dua tiga kali, sebelum melakukan perbuatan yang keliru!
Jangan menuruti bisikan setan. Rugi! Coba, kalau saja dimusyawarahkan? Ya,katakanlah kalah dalam sengketa, tapi akibatnya tidak separah seperti membunuh! – (massoes)
http://poskotanews.com/2018/11/17/dahsyatnya-dendam-membabi-buta/Bagikan Berita Ini