POK Ani, Pok Wati selama ini belanja pakai rupiah. Belanja kebutuhan sehari-hari sembako, seperti sayuran, beras, tahu tempe ke pasar atau di warung sebelah. Begitu juga sang suami, paling beli kebutuhan buat dirinya. Yaa, tahulah apa yang dibutuhkan lelaki? Atau paling banter mereka pergi ke mal, belanja bulanan sakalian jalan-jalan?
Namun bukan berarti, mereka tidak terkena imbasnya ketika dolar Amerika naik. Kok begitu ya? Iya begitulah Mpok. Kan sebagian bahan makanan, minuman, beras, termasuk sandang dibeli dari luar yang alat belinya itu tuh dolar?
Jadi ,tahu tempe yang katanya makanan orang kebanyakan, itu dibeli dengan dolar. Jadi ya, ikutan mahal. Nah, itu semua jadi bikin pusing ibu-ibu yang mengendalikan dapur rumah tangganya selama ini. Kalau suami kerja,istri kerja, semua bisa diatasi, walau pun barangkali harus lebih irit? Tapi kalau suami nganggur, sementara keperluan sehari-hari mahal, gimana?
Begitulah gambaran kesulitan masyarakat belakangan ini. Kalau ada yang masyarakat lagi sulit banget. Dalam kondisi yang aman saja, pendapatan masyarakat sangatlah berat, apalagi ketika bencana terjadi di mana-mana.
Jadi apa yang harus dilakukan? Ya, sesuai amanah jalani hidup dengan kerja keras. Allah masih memberi rezeki dimana juga, bagi mahluk yang mau usaha keras. Bekerja, jualan, dagang apa sajalah yang penting halal.
Eh, itu-itu janganlah gelap mata. Walau menderita, nggak boleh mencuri,ya. Seperti yang terjadi di Jakarta Pusat, ibu-ibu mencuri motor karena menunggak bayar kontrakan dan buat makan. Sementara sang suami nganggur?
Begini yang nggak boleh terjadi, semestinya pemerintah kasih lapangan pekerjaan, kasih modal buat usaha? Jangan terlalu lama, masyarakat menganggur. Orang kalau sudah lapar, nekad! Betul nggak,Mpok? – (massoes)
http://poskotanews.com/2018/10/17/orang-kalau-lapar-nekat/Bagikan Berita Ini