SEMINGGU ini Mendikbud Muhadjir Effendi marah besar. Pasalnya ada guru SMA “kampanye” anti-Jokowi pada murid, dan ada lagi Pramuka teriak yel-yel “2019 ganti presiden”. Bagaimana mungkin pelajar sudah dicekoki politik. Guru atau yang ngajari saja yang geblek. Kecil-kecil sudah keracunan politik, gedenya mau jadi vokalis DPR?
Pada 10 Oktober lalu ramai dalam pemberitaan, seorang wanita guru SMA Negeri bilangan Bintaro (Jaksel) dilaporkan lewat medsos bahwa di depan muridnya mendoktrin murid-muridnya untuk anti Presiden Jokowi. Murid disuguhi video tentang penanganan gempa Palu yang tak memuaskan, lalu kata Bu Guru, “Presiden seperti ini mau dipilih lagi?”
Tentu saja “induktrinasi” Bu Guru ini jadi viral dan memancing pro dan kontra. Belum juga reda, kemarin ada kehebohan baru. Dalam Youtube muncul gambar sekelompok Pramuka usia SD diajari dua orang untuk meneriakkan yel-yel “2019 ganti presiden” disertai takbir.
Keruan saja musim kampanye yang mulai memanas ini jadi tambah panas. Tapi ada yang berbeda. Bila kasus Bu Guru yang diduga mendoktrin murid anti-Jokowi, ada pembelaan dari oposisi. Tapi soal Pramuka teriakkan yel-yel “2019 ganti presiden”, baik kubu 01 dan 02 sama-sama menyayangkannya. Keduanya kecewa karena anak-anak Pramuka dieksploitir untuk tujuan politik.
Mendikbud Muhadjir Effendi juga marah mendengar kasus ini. Pada guru SMAN di Bintaro itu diminta untuk ditindak tegas, dan dalam soal Pramuka beryel-yel ganti Presiden, Mendikbud mengatakan, “Yang ngajari saja yang kurang ajar. Kalau anak-anak sih kan nggak tahu apa maksudnya.”
Teori “tabula rasa” filosof John Locke di abad 17 mengatakan, anak itu ibarat kertas kosong. Mau jadi apa anak itu, tergantung mau ditulisi apa saja kertas itu. Jelasnya, pendidikan sedari dini akan berpengaruh sekali pada si anak setelah dewasa. Dari bocah diajak nonton wayang, gedenya jadi dalang. Sedari kecil seneng musik, gedenya bisa jadi penyanyi, jika kurang modal jadi….pengamen! Begitu seterusnya.
Maka susah dibayangkan, bila masih kecil saja sudah diracuni masalah politik, bagaimana anak itu setelah dewasa? Bisa-bisa mateng politik sebelum waktunya. Kalau jadi mahasiswa kemungkinan suka ngajak teman-temannya demo. Dan misalkan jadi politisi Senayan, cocoknya di barisan oposisi. Tiap hari kerjanya menyinyiri pemerintah, meski terkesan mengada-ada. – gunarso ts.
http://poskotanews.com/2018/10/16/masih-bocah-dicekoki-politik-gede-biar-jadi-vokalis-dpr/Bagikan Berita Ini