“ADA orang jatuh dari lantai 10 apartemen, nggak mati. Dia hanya luka lecet, sedikit. Bahkan begitu dia jatuh langsung bisa jalan!” Cerita seorang bocah pada kawannya. Jelas itu cerita bohong.
Dan kawan-kawannya yang mendengarkan cerita barusan, akan berteriak serentak; “Ngibul, luh!”
Bagi si empunya cerita bohong, sementara waktu akan mempertahankan kebohongananya, dan baru dia menyerah setelah didesak kawan-kawannya. “ Bohong, bohong, bohong! Ngaku aja luh!?”
Si bocah pemilik cerita bohong, kemudian akan tertawa terbahak-bahak, puas dia mengerjai kawan-kawannya yang terkesima. Walaupun dia harus kena gebuk atau ‘jitakan’ di kepala dari kawan-kawannya.
Itu sekelumit cerita soal cerita bohong yang bisa jadi hampir terjadi setiap saat di lingkungan anak-anak.Bagi mereka, berbohong adalah hal biasa. Pokoknya besok bisa cerita bohong lagi yang lebih seru!
Nah, masalahnya jika yang berbohong itu orang dewasa? Apakah bisa dimaafkan? Hemm, tergantung juga. Berbohong untuk menyelamatkan diri? Tapi, kalau bohong untuk menipu, ini yang nggak boleh.
Misalnya seorang pegawai mengaku dirampok di tengah jalan ketika membawa uang perusahaannya yang baru diambil dari bank. Kemudian untuk meyakinkan orang bahwa dia dirampok, mukanya dibikin babak belur. Oke?
Ada yang berbohong untuk menyelamatkan diri, seorang wanita mau diperkosa oleh penjahat, maka dia menangis sambil mengatakan,” Tolong jangan perkosa saya, lagi datang bulan!”
Itulah rentetan kebohongan! Ya, termasuk yang dilakukan elit politik. Dulu ada Setia Novanto, dan belakangan Ratna Sarumpaet bikin gaduh kebohongan!
Kenapa mereka berbohong? Hanya merekalah yang tahu, karena ketika kita mau coba tanya pada rumput yang bergoyang pun, pasti nggak tahu! – (massoes)
http://poskotanews.com/2018/10/06/ngibul-aja-luh/Bagikan Berita Ini