BELUM kering air mata di pipi, belum sembuh luka di dada karena kesedihan yang mendalam, ternyata bangsa ini mendapat cobaan lagi. Musibah yang sangat berat, ratusan orang mati tenggelam di laut bersama pesawat yang ditumpanginya.
Musibah beruntun datang dengan menelan korban yang tidak sedikit, dan sangat meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya.
Tidak ingin ikut-ikutan komentar mengapa Lion Air JT 610 jatuh bersama penumpangnya. Biarlah itu urusan mereka yang paham soal penerbangan. Dan biarlah mereka mengkaji, sebab musababnya,dan mencari solusinya, agar tidak lagi terjadi peristiwa semacam ini. Jadi kesalahan siapun hingga terjadinya musibah ini, bisa diperbaiki?
Nah, soal urusan musibah yang adalah kehendak Yang Maha Kuasa, bisa diambil nasihat dan khikmahnya. Bahwa soal mati hidup adalah memang tidak bisa ditunda, dimajukan atau dimundurkan. Itu keyakinan manusia beragama. Buktinya dari peristiwa itu toh, masih ada penumpang yang selamat, karena dia ketinggalan terbang?
Tapi, jika memang umurnya hanya sampai di situ, ya mereka dengan sangat siap naik pesawat nahas tersebut sejak dini hari. Ada kisah yang diceritan dari tingkah laku para korban sebelum kecelakaan dari kerabat dan tetanga dekat.
“ Korban selalu ikut kegiatan di lingkungan. Dia orang baik, sering menyapa kami, bahkan sempat melambaikan tangan dari dalam mobil jemputan ketika berangkat kerja,”ujar penjaga pos gerbang perumahan kopilot Harvino.
Banyak cerita dari korban-korban peswat Lion Air JT 610 tersebut yang sangat menyentuh hati. Dan ini akan menjadi kenangan duka yang sangat panjang bagi anak istri, dan orang tua mereka.
Bayangkan jika kemarin masih segar bugar, berdialog bersama, tiba-tiba kini telah tiada? Apa yang harus dilakukan. Ya, para keluarga korban menghadapi musibah ini, sabar, sabar dan sabar! – (massoes)
http://poskotanews.com/2018/11/01/musibah-musibah-menuai-duka/Bagikan Berita Ini