SETIAP kebijakan tak mungkin menguntungkan semua pihak, pasti ada yang dirugikan. Maka ketika Presiden Jokowi menggratiskan tol Jembatan Suramadu, pengusaha kapal fery yang gantian menjerit. Suramadu dioperasikan tiap tahun rugi Rp1 miliar. Apa lagi sekarang digratiskan, kapal fery yang tinggal 3 buah itu lama-lama tinggal nama.
Sebelum ada jembatan Suramadu, penyeberangan Ujung – Kamal yang dilayani fery ASDP (Angkutan Sungai Danau & Penyeberangan) mampu menyeberangkan 15.000 orang perhari. Tapi sejak didibangun jembatan Suramadu tahun 2009, penumpang fery ngedrop tinggal 1000 orang, kapal feri pun tinggal 3 buah. Pengusaha kapal fery mengeluh, setiap tahun merugi Rp 1 miliar.
Seakan tak peduli derita atau resiko yang dialami pengusaha fery, sudah seminggu ini Presiden Jokowi malah menggratiskan jembatan Suramadu. Cara ini dikhawatirkan akan mematikan secara total pengusaha fery. Karena otomatis warga akan memilih yang gratis dan lebih cepat.
Pengusaha fery protes, tapi Presiden Jokowi melemparkan ke Gubernur Jatim dan Bupati. Masak urusan begini masih Presiden Jokowi. Pemerintah memang mau membantu rakyat kecil, karenanya pengusaha harus mau berkorban. Setiap kebijakan apapun pasti ada pihak yang dirugikan. Itu sudah hal lumrah.
Yang dipertanyakan oposisi seperti Fadli Zon, kenapa penggratisan menjelang Pilpres? Maka Fadli Zon pun menantang, jika demikian sekalian saja Jokowi menggratiskan tol Jagorawi? Amien Rais dulu juga pernah mengusulkan hal ini, tapi tak direspon pemerintah. Sekarang gantian Fadli Zon mengusulkan hal sama.
Amien Rais membandingkan di luar negeri, tol itu gratis setelah BEP. Jagorawi sebetulnya juga sudah balik modal kapan-kapan. Tapi alasan pemerintah, dana keuntungan itu untuk investasi bangun tol-tol berikutnya. Dan kini terbukti sejak era Jokowi jalan tol semakin banyak dibangun di berbagai wilayah.
Presiden Jokowi membantah kritikan oposisi, bahwa kerugian materil (pengusaha fery) tak sebanding dengan keuntungan dari segi kesejahteraan masyarakat yang didapat dari penggratisan tol Suramadu ini. Karenanya Jokowi minta, “Jangan bawa hitung-hitungan selalu untung rugi. Negara tidak hitung untung dan rugi. Itungannya makro, keuntungannya benefitnya ada di masyarakat.”
Nah, karena kepusingan pengusaha fery dilempar Jokowi, kini tinggal Pakde Karwo yang pusing, meski tinggal sebentar. Yang pusing berkepanjangan Gubernur Khofifah nantinya, cekot….cekot! – (gunarso ts)
http://poskotanews.com/2018/10/31/jembatan-suramadu-digratiskan-kapal-fery-pun-makin-terpukul/Bagikan Berita Ini