“HALO Pak, apa kabar. Sudah lama kita nggak bersua, mudah-mudahan baik ,sehat wal afiat. Kemarin nonton debat Capres dan Cawapres? Seru apa seru? Masing-masing memaparkan programnya,kalau terpilih, mau begini begitu, hebat dah! Bapak dan Ibu sudah punya pilihan? Iyalah, harus dipilih salah satu, nggak oleh dua-duaya, atau nggak sama sekali memilih. Itu namanya golput!” ujar sohib Bang Jalil melalui telepon genggamnya.
Bang Jalil manggut-manggut, dia nggak sadar walau seribu kali manggut pun nggak bakalan tahu itu sang sohib, karena entah ada di mana? Tapi, dia kaget juga ditanya soal debat?
“Bapak bingung ya, debat itu ya saling adu omong gitu Pak?” kata sang istri,” kaya kita setiap hari. Ibu bilang, sembako naik, terutama beras. Ibu minta tambahan uang belanja, Bapak menolak! “
Bang Jalil hanya berdehem. Sang isrtri melanjutkan lagi;”Beras naik, pasti lauk pauknya juga ikutan niak, ikan, tahu tempe dan sayuran pada main kejar-kejaran. Apa Bapak mau kalau kita cuma makan nasi doang?”
Bang Jalil masih diam. Malah dengan santai dia menyeruput kopi hitamnya. Dia meringis, kopinya benar-bena pahit!
“ Pahit ya Pak? Nggak kebeli gula pasir!” kata sang istri.
“Nggak apa-apa,” Jawab Bang Jalil, legowo.
“Nggak bisa begitu,Pak. Bapak jangan bilang nggak apa-apa. Justru Bapak harus optimis jangan pesimis! Bahwa Bapak akan begini begitu pada masa yang akan datang,agar keluarga kita menjadi lebih baik dari sekarang. Atau paling tidak, itu kopi besok bisa manis!” kata sang istri.
Bang Jalil bicara dalam hati, ‘Inilah jika debat nggak ada moderatornya. Bang Jalil enggak kebagian bicara.
“Ayo Bapak mau ngomong apa? Ibu kasih waktu dua menit dari sekarang. Tapi kalau cuma pepesan kosong, nggak usah. Ibu mau yang kongkrit, bukan janji-janji kosong! Ibu mau uang belanja naik. Jangan sampai tahun ini Ibu ganti pasangan, nih!”
“Istigfar Bu,” gumam Bang Jalil. Dia sadar ucapan sang istri hanya sebatas ancaman. Tapi, bikin sakit dada. -massoes
http://poskotanews.com/2019/01/24/debat-bang-jalil-dan-istri/Bagikan Berita Ini
