SINGKONG dan keju. Peribahasa zaman bahela. Satu perbandingan yang sangat jauh. Di mana perbandingan kasta, sampai muncul lagunya di tahun tujuhpuluhan; aku suka singkong, kau suka keju. Aku hanya anak singkong, anak singkong…! Itu untuk membandingkan betapa bedanya, yang satu miskin satunya kaya. Satu suka hura-hura, satunya sederhana saja.
Namun sejalan perjalanan waktu, antara singkong dan keju bersatu. Lahirlah, ‘singkong keju’ sebagai bentuk makanan yang dijual di mana-mana. Ya, pokoknya viral lah.
Singkong tidak lagi menjadi kasta yang rendah. Singkong naik daun, naik derajat. Sebenarnya singkong sejak lama sudah diolah oleh nenek moyang kita, di Jawa misalnya, lahirlah yang namanya getuk. Getuk juga macam-macam, yang bisa dicampur kelapa dan gula. Getuk goreng, rasanya manis lezat?
Singkong diolah menjadi gaplek, lahirlah tiwul, gatot, dan semacamnya. Atau mau dimasak sederhana saja, digoreng sreng, dikolak rasa manis, dibuat kripik manis, asin pedas?
Terakhir muncul lagi olahan singkong dengan nama ’Singkong Thailand’. Mau tahu dimana adanya, ya di mana-mana, termasuk di mal-mal. Atau dijual melalui online. Nggak kalah sama barang bergengsi lainnya. Keren kan?
Ini kisah singkong yang bisa berubah dan sejajar kedudukannya dengan keju yang bersal dari luar negeri. Tapi peringatan buat Bung Singkong, hati-hati, jangan sampai dicampur dengan nakoba. Maklum, terakhir ini narkoba lagi gencar numpang dalam makanan, permen, kue, dan abon. Kan nggak lucu, kalau nanti muncul Singkong Shabu?
Ya, pokoknya terutama masyarakat luas, harus waspada dan hati-hati, jangan sampai anak-anak yang masih lugu bisa terjebak dalam makanan yang dicampur narkoba. Nggak lucu kan jika makan singkong tahu-tahunya teler? –(massoes)
http://poskotanews.com/2019/01/23/anak-singkong-anak-keju-akur/Bagikan Berita Ini