SETELAH internet masuk HP (medsos), orang jadi iseng banget, apa saja dikomentari dan dibahas. Jarinya tak mau nganggur. Cuma kotak suara Pemilu pakai kardus, dimasalahkan. Padahal Pemilu 2014 juga sudah pakai, tapi publik tak pernah ribut. KPU mempertahankan, karena di samping praktis juga bisa menghemat anggaran.
Dulu pemilihan langsung itu hanya untuk jabatan kepala desa. Tapi setelah era reformasi, pemilihan walikota, bupati, gubernur, presiden, juga secara langsung. Akibatnya beban pemerintah jadi tambah berat. Dulu Pemilu hanya setahun sekali, untuk memilih wakil rakyat. Sekarang, ada Pilkada untuk walikota, bupati, gubernur.
Anggaran tentu saja tambah membengkak. Sudah disiasati dengan pilkada serentak tapi tak juga menghemat dana. Sekarang dicoba pemilu serentak untuk legislatif dan presiden, gara-gara gugatan Effendi Gozali ke MK. Tapi kira-kira bisakah ini juga menghemat anggaran?
Untuk mengantisipasi pemborosan anggaran, pada Pemilu dan Pilpres 2014, termasuk juga pilkada serentak, KPU sudah menggunakan kotak suara kardus. Tahun itu publik tak ada yang memasalahkan. Begitu juga ketika dipakai KPU untuk Pilkada, publik juga adem ayem saja.
Tapi sekarang, ketika KPU hendak menerapkan cara serupa, di jagad maya ramai sekali. Intinya meragukan keamanan kotak suara itu. Adakah berita Pemilu 2014 tentang dirusaknya kotak suara? Tak ada! Tapi sekarang, kotak suara kardus digoreng-goreng bersama isyu politisi dan parpol kardus.
Dulu HP canggih yang bisa ber-WA-ria masih sedikit. Tapi kini setiap hidung dan kepala memiliki. Akibatnya manusia jadi nyinyir, jari jemarinya pantang nganggur. Masalah apa saja dibahas dan dikomentari. Publik pun memamah biak mengomentari, sehingga suasana jadi gaduh.
Padahal Ketua KPU Arief Budiman sudah menegaskan, kotak suara pakai kardus sudah pernah dipakai sejak Pemilu 2014 termasuk pilkada-pilkada sesudahnya. Kenapa kotak kardus jadi pilihan? Di samping untuk menghemat anggaran, juga praktis. Selain bisa dirakit dadakan, juga tidak makan tempat sehingga KPUD tak perlu sewa gudang untuk menyimpannya.
Pemilu legislatif dan presiden tinggal empat bulan lagi. Para pemulung tentunya sudah siap-siap. Begitu hajatan pemilu selesai kardusnya bisa dimanfaatkan dan dijadikan duit. Sering-sering saja ada Pemilu. – gunarso ts
http://poskotanews.com/2018/12/18/pemilu-2014-juga-pakai-kardus-kenapa-publik-tak-meributkan/Bagikan Berita Ini