TITIEK Soeharto – Anzar Dahniel Simanjuntak sama-sama Timses Capres Prabowo. Karena posisinya, keduanya selalu mengkritisi pemerintahan Jokowi. Gara-gara itu pula keduanya merasa “dikerjai” pemerintah. Titiek Soeharto merasa dana Yayasan Supersemar diangkat lagi, Dahniel merasa diseret ke dana kemah Pemuda Muhammadiyah.
Titiek Prabowo termasuk politisi konsisten. Ketimbang jadi anggota DPR dari Golkar tak bisa kritik pemerintahan Jokowi, dia pilih keluar dari Golkar dan lepas kursinya di Senayan. Kebetulan Partai Berkarya tempatnya berlabuh kini, juga dukung Capres Prabowo. Jadi klop sudah, di kubu tersebut memang harus selalu mengkritisi pemeritah. Namanya juga kaum oposisi.
Dia mempertanyakan, uang Rp 50.000,- sekarang dapat apa? Lalu katanya, presidan yang sengsarakan rakyat, apa layak dipilih kembali? Jika Prabowo menang, RI akan dibawa seperti era Orde Baru dulu.
Bersamaaan dengan itu, pemerintah sedang getol menarik kembali dana Yayasan Super Semar senilai Rp 4,4 triliun. Sebab ketika ayah Titiek dirikan yayasan tersebut, tak semua dana terkumpul dari BUMN untuk membantu pendidikan keluarga tak mampu, tapi malah diselewengkan ke perusahaan kroninya. Sebagai anak Pak Harto, Titiek merasa bahwa kasus ini diangkat kembali karena dirinya selalu mengkritisi pemerintah.
Anzar Dahniel Simanjuntuk Ketum Pemuda Muhammadiyah, hari-hari belakangan ini juga sibuk dipanggil polisi, jadi saksi dugaan penyelewengan dana kemah pemuda senilai Rp 2 miliar. Gara-gara ini kas Pemuda Muhammadiyah tergerus karena mengembalikan dana itu.
Lalu kata Dahniel, “Setelah saya mengkritisi pemerintah, tiba-tiba kasus ini dimunculkan.” Padahal kemah bersama GP Ansor di Prambanan itu atas ide Menpora Imam Nahrowi. Pak Menteri juga tak merasa ada penyelewengan. Maka Menpora minta Dahniel melacak siapa yang mengangkat kasus ini.
Nah, Titiek dan Dahniel merasa senasib sepenanggungan. Padahal tanpa keduanya mengkritisi pemerintahpun, kasus dana Yayasan Super Semar tetap akan bergulir, dan polisi juga akan tetap panggil Dahniel jadi saksi. Maka tuduhan pemerintah “mengerjai” keduanya, istilah sekarang itu namanya: suudzon. Padahal dalam agama, berburuk sangka itu termasuk dosa. – gunarso ts
http://poskotanews.com/2018/11/26/saat-titiek-soeharto-dan-dahnil-merasa-dikerjai-pemerintah/Bagikan Berita Ini