KEMAJUAN suatu negara bisa diukur lewat transportasi umumnya. Bus Merah ‘Routemeter’ di Inggris, kereta api Shinkansen di Jepang, adalah wakil dari produk modern, yang tak terlewatkan untuk foto turis dunia, karena tampil sebagai garda depan di mana transportasi umum menjadi ikon dan legenda.
Kemajuan sebuah bangsa juga bisa dilihat dari perilaku penumpang transportasi mereka. Perilaku warga di pesawat, bus umum, kereta api, dan kendaraan lainnya, langsung menunjukkan posisi mereka di tengah peradaban dunia saat ini.
Pengamat perilaku bisa menyaksikan pemandangan menarik dari kereta api, sebagai salahsatu contohnya. Di KRL Jabodetabek, misalnya, sebagai kendaraan yang paling banyak dipakai oleh kaum pelaju (commuter) warga ibukota dan kota satelit pendukungnya, kita bisa mengamati orang orang baik, orang tulus, orang ‘julig’, pemalas dan mereka yang berpendidikan dan juga orang kampung yang sok tahu dan seenaknya. Mentang mentang.
Pengalaman harian sebagai penumpang KRL Bogor – Jakarta bisa melihat orang orang beradab, berbudaya tinggi, yang sigap memberikan tempat duduk kepada yang berhak, orangtua, wanita hamil, perempuan pembawa anak, yang dikategorikan kaum prioritas. Namun juga ada yang berlagak pilon, pura pura tak melihat. Bahkan pura pura tidur. Banyak akting.
Yang menunjukkan kelakuan “minus” itu bukan hanya orang berwajah kampung yang pendidikannya kurang dan memanfaatkan kesempatan naik transportasi kota, pendidikan minim, angkat sebelah kaki seperti di warung – melainkan juga “wajah kota” yang intelek, kalangan berpendidikan, baju bagus, tapi berperadaban rendah.
Memang dibanding dengan masa lalu, fasilitas KRL Commuter Line di Jabodetabek sudah jauh lebih baik. Juga mental penumpangnya. “Kursi prioritas” diberikan kepada yang berhak. Tak ada lagi pedagang kaki lima di stasiun, juga pengamen naik kereta. Tak ada pedaganga asongan dan pengemis.
Kini mental para penumpangnya masih banyak yang harus dididik untuk berperilaku lebih santun dan beradab.
Hal yang mengesalkan adalah ketika para Satpam Commuter Line yang hanya mengawasi orang-orang yang tak tahu diri. Bahkan menjadi peragawan, mondar mandir nampang. Melewati anak muda yang pura pura mengantuk, sementara di depannya ada wanita hamil dan pura pura tak lihat. – dimas.
http://poskotanews.com/2018/11/12/menonton-akting-penumpang-krl/Bagikan Berita Ini