Search

Lomba Lari Kepda Koruptor, Semua Finish di Gedung KPK

ANDAIKAN korupsi itu lomba lari 200 meter, sejak digelar tahun 2004 hingga sekarang (2018), atlet terbanyak para Kepala Daerah (Kepda). Gubernur Aceh dengan nomer punggung 1 dan Bupati Klaten Sunjaya Purwadisastra nomer punggung 100. Lari sekencang apapun atlet koruptor tersebut, semua finish di Gedung KPK Jakarta.

Sejak era reformasi disusul dengan Pilkada Langsung, banyak Kepda yang terlibat korupsi. Soalnya yang jadi Kepda itu bukan lagi PNS pejabat birokrasi, tapi hanyalah politisi ditambah artis-artis  yang punya popularitas dan uang kertas. Saat Kepda dari birokrasi yang menentukan DPRD meski sudah disetel Cendana (Pak Harto). Tapi setelah Pilkada langsung, yang menentukan rakyat.

Pemilihan Kepda langsung di tangan rakyat, menjadikan Pilkada sebuah proyek padat modal. Untuk bupati bisa puluhan mliar, gubernur ratusan miliar. Politisi kebanyakan dananya tidak cukup, sehingga harus cari sponsor pengusaha. Bila terpilih, Kepda itu jadi tergadai, sebab dia harus membagi proyek APBD itu dengan sang sponsor.

Di samping harus berbagi dengan sponspr, Kepda juga harus cari uang pulihan, sekaligus dana kampanye Pilkada berikutnya jika mau maju lagi. Di sinilah para Kepda mulai terjebak korupsi. Jika dimisalkan lomba lario 200 meter, maka atlet dengan nomor punggung satu adalah Gubernur Aceh, Abdulah Puteh (2004). Dia korupsi dana pembelian helikopter.

Nomer punggung 6 adalah  Syaukani Hr, Bupati Kutai Kartanegara (2006). Nomer punggung 13 adalah  Saleh Djasit, Gubernur Riau (2007), nomer punggung 25 adalah Syahrial Oesman, Gubernur Sumatera Selatan (2009), nomor punggung 27 adalah  Mochtar Mohamad, Wali Kota Bekasi (2010). Dan bla bla bla……sampailah kepada Neneng Hasanah Bupati Bekasi nomer punggung 99 dan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra nomer punggung 100 di tahun 2018 ini.

Yang tak kalah menarik, ada Kepda ayah dan anak yang sama-sama jadi atlet Kepda korupsi. Bila Syaukarni Hr bupati Kutai Kertanegara peserta dengan nomer punggung 6, putrinya di tahun 2017 ikut pula dengan nomer punggung 72.

Dari  nomer punggung satu sampai 100 semua finish di gedung KPK. Lomba berakhir, mereka istirahat bukan di Wisma Atlet, tapi LP Sukamiskin Bandung, atau LP Pondok Bambu, Jakarta Timur. Begitulah tragedi anak manusia. – gunarso ts

Let's block ads! (Why?)

http://poskotanews.com/2018/10/30/lomba-lari-kepda-koruptor-semua-finish-di-gedung-kpk/

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

Powered by Blogger.