Secarik Pesan dari Lutfi dan Tangis Ibunda Setiap Salat
Jakarta, CNN Indonesia -- Nurhayati Sulistya (51) baru pulang membesuk anaknya, Dede Lutfi Alfiandi (20), demonstran pembawa bendera Merah Putih, di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba. Ia tiba ke rumahnya di Koja, Jakarta Utara dengan membawa buah tangan berupa surat dari sobekan kertas kardus bekas.Dalam surat itu Lutfi menyapa adiknya, Raihan, [dalam kurung] si tampan. Ia berpesan agar adiknya rajin belajar dan gigih mengejar cita-cita.
"Cuma Raihan harapan satu-satunya yang bikin nama baik keluarga. Jangan keikut pergaulan, karena pergaulan enggak akan ada habisnya. Sekarang zamannya belajar, belajar, dan belajar agar sukses. Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil," begitu penggalan surat dengan tulisan tangan Dede Lutfi.
"Kalau Raihan pernah berbuat nakal, sudah cukup, jangan diulangi," sambung dia lagi. Lutfi merupakan salah satu peserta demo pelajar menolak RKUHP dan RUU kontroversial lain di depan DPR pada 30 September yang ditangkap polisi. Foto Luthfi yang menggenggam bendera Merah Putih untuk menghindari gas air mata polisi saat berdemo kemudian viral di media sosial.
Polisi kemudian menjerat Lutfi dengan Pasal 170 ayat (1) KUHP tentang kekerasan terhadap orang dan barang, pasal 212 KUHP juncto pasal 214 ayat (1) KUHP tentang perlawanan terhadap petugas secara bersama-sama, dan pasal 218 KUHP tentang pembangkangan terhadap perintah petugas untuk membubarkan diri dari kerumunan.
Setelah Dede dipenjara, ibu empat anak itu memang jadi punya rutinitas anyar; menempuh puluhan kilometer dari Jakarta Utara ke Jakarta Pusat, lokasi rumah tahanan.
Nurhayati, ibunda Dede Lutfi Alfiandi. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Sejak 1 Oktober 2019 Lutfi mendekam dipenjara karena aksi demonstrasi pada September lalu. Dari Rumah Tahanan Polres Jakarta Pusat, ia lantas dipindahkan ke Rutan Salemba.
"Kangen sih soalnya. Apalagi kalau salat, kalau salat itu saya selalu nangis, itu ngebayangin dia. Terus mau tidur, ngebayangin dia," ungkap ibu yang juga berprofesi sebagai guru PAUD tersebut.
"Dia itu anaknya enggak nyusahin orangtua. Anaknya mandiri. Kalau pulang malam, kalau mamanya sudah tidur, ya udah. Kan anaknya suka makan. Adanya apa, ya gitu, masak sendiri," Nurhayati mengingat.
Raut Nurhayati yang semula semringah mendadak mendung. Ada jeda di setiap kalimat yang ia ucapkan. Nurhayati tahu betul anaknya itu doyan makan. Kondisi di penjara dan jarak yang berjauhan membuat ia cemas.
Sepanjang pembicaraan ia tak banyak membahas kasus anaknya. Nurhayati lebih sering bercerita soal kebiasaan-kebiasaan Lutfi. Ia mengaku tak begitu paham perihal hukum. Itu pula sebab yang bikin ia menangis setiap kali Lutfi menanyakan perkembangan kasus."Kalau saya besuk suka nanya, 'Mamah, kapan Dede bebas? Mamah, sudah sampai mana ngurusin Dede?'. Jadi saya sedih, tiap hari gitu saja nanyanya," tutur dia.
"Saya mau menolong gimana... saya cuma bisa menangis saja.... paling cuma doa yang bisa saya lakukan."
Budi Sulistyo (55), menunjukkan foto Luthfi Alfiandi yang tengah membawa bendera. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Meski begitu, ia yang merupakan guru di salah satu sekolah dasar itu tetap mencari tahu soal kasus anaknya, terutama soal pasal-pasal yang menjerat Lutfi, dari internet.
"Karena saya kan harus tahu, apa sih masalah Dede kok sampai ditahan. Kenapa sih aparat menahan Dede sampai lama begitu?," aku Budi, yang memulai pembicaraan sambil menyalakan sebatang kretek.
"Namanya orangtua, bagaimana sebisa mungkin membela anak saya. Saya buka semua media sosialnya, instagram juga. Saya buka, ada enggak kalimat Dede yang provokatif, atau mengajak pihak lain untuk membenci," ungkap Budi lagi.Ketika pertama kali bertemu dengan Lutfi pun, ia tak luput menanyakan soal dugaan pidana Lutfi.
"Saya tanya, kamu melakukan itu enggak, De? Pasal ini, pasal ini. Dia malah tanya, pasal itu apaan sih, Pak?" kata dia.
"Benar enggak kamu melakukan pengeroyokan, pemukulan ke polisi? 'Enggak, Pak. Enggak'," kata Budi menirukan percakapannya dengan Lutfi saat itu.
Budi dan Nurhayati pun masih berharap agar hakim membebaskan anaknya dari segala tuduhan.
"Kami sebagai orangtua, yang membesarkan dia dari kecil sampai dia kerja, sampai dia punya niat buat kuliah lagi, ya sedih. Makanya kami berharap dia dibebaskan. Kasihan masa depannya. Dia punya harapan, dia punya cita-cita," ungkap Budi.
Nurhayati mengungkapkan, dalam salah satu kesempatan membesuk, Dede sempat mengutarakan keinginan melanjutkan kuliah di jurusan hukum. "Kata dia, 'kalau Dede bebas, Dede pengen kuliah, Dede pengen bikin buku. Dede pengen bikin buku, pengen kuliah di hukum'," urainya.
"Mungkin dia melihat kondisi di dalam sana begini, begini ... kali. Banyak orang yang perlu bantuan. Mungkin di sana dia melihat teman-temannya, temannya enggak dapat perlindungan hukum, mungkin dia melihat itu," tandas Nurhayati.Sebelumnya, Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat Sugeng Riyanta membeberkan empat fakta materiil terkait perkara ini. Pertama, tidak ada fakta yang menunjukkan Lutfi menyelamatkan bendera.
Selain itu, LA melempari polisi dengan batu sebanyak dua kali, menyamar sebagai pelajar STM dengan menggunakan celana biru, dan telah diminta membubarkan diri hingga pukul 22.00 WIB.
Lutfi sendiri akan menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (12/12), hari ini.
(gil)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini