Nikah Massal ala Anies dan Cerita Cinta Ika-Arafi
Jakarta, CNN Indonesia -- Tawa Ika Mulyani (20) berderai ketika ditanya soal alasannya mau menerima pinangan Andi Arafi (22). Keduanya sudah tiga tahun berpacaran. Sambil memandang-mandangi lelaki di sampingnya, ia memikirkan jawaban."Orangnya baik, pengertian, tanggung jawab. Iyalah, pasti," kata Ika diikuti lagi dengan tawa. Ia beberapa kali menutup mulut saat tertawa sembari mengguncang bahu Arafi.
Pasangan tersebut belum dua pekan hidup seatap. Statusnya, masih pengantin baru. Pada 20 Desember 2019 keduanya resmi menikah bersama ratusan pasang calon pengantin lain di Kantor Wali Kota Jakarta Timur.
Di kawasan tersebut, ada sembilan pasangan yang menjalani program nikah massal. Lebih dari 200 pasangan lain yang mengikuti isbat massal.
Isbat nikah adalah istilah untuk permohonan pengesahan perkawinan. Biasanya, pasangan calon pengantin ini sudah pernah menikah namun belum dicatat negara atau menikah siri.
"Ada kursi-kursi, sepuluh gitu (yang untuk nikah massal). Tapi yang satu kosong, sudah ada penghulunya. Jadi tinggal sembilan pasangan," cerita Rafi saat ditemui di rumah kontrakan di kawasan Jakarta Timur, Selasa (24/12).
Jumat pagi 20 Desember itu, Rafi mengenakan jas hitam, sementara Ika berkebaya putih. Ritual nikah massal tersebut telah setahun yang lalu ada di kepala mereka. Program Pemprov DKI Jakarta ini memang pertama kali digelar pada pengujung 2018 silam.
"Cuma waktunya sudah lama (dari tanggal nikah massal), baru tahu beberapa minggu sebelum hari H. Akhirnya di tahun ini ditawarin lagi, ya sudah," ungkap Ika.
Sebelum mengikuti nikah massal tersebut, Ika sempat meminta pertimbangan orang tuanya. "Kan aku ngomong ke mamah, kalau kaliannya enggak gengsi, enggak malu, ya nggak papa. Cari baiknya saja, ngapain [lama-lama], pacaran juga sudah lama. Cari baiknya saja lah," kata Ika menirukan. Jawaban itu seolah membuatnya kian mantab.
Hitungan nikah massal jauh lebih hemat. Ia mengaku mengeluarkan biaya di kisaran Rp2 juta.
"Lebih sederhana, simpel banget, sederhana banget. Dan kami enggak perlu mikirin, ngeluarin biaya yang terlalu banyak banget. Paling buat selamatan di rumah sebelum nikahan," tutur perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu restoran di kawasan Taman Mini Indonesia Indah tersebut.
Proses Tak Pelik
Berbekal keyakinan, mereka pun mengurus pendaftaran. Proses administrasi yang rumit dan berbelit langsung membayangi keduanya. Tapi apa mau dikata, tekad untuk meresmikan hubungan rupanya lebih kuat.
Siapa nyana, prosesnya tak sepelik yang dipikirkan. Kata Rafi, mereka hanya perlu waktu sekitar dua pekan untuk bolak-balik mengurus keperluan administrasi. Itu pun dilakukan di sela rutinitas kerjanya di salah satu gudang di kawasan Halim Perdana Kusuma.
"Kalau sudah dijalani, enggak kayak yang dipikirkan (rumit)," tutur Rafi.
Meski tak rumit-rumit amat, mereka tak menampik ada pula tahapan yang sukar dilalui. Salah satunya, saat membikin sertifikat layak kawin. Sejumlah tes kesehatan mesti dilakukan, mulai dari imunisasi pranikah, konseling pranikah hingga pemeriksaan lain demi mengantongi lembar sertifikat seukuran buku saku tersebut.
"Alhamdulillah selesai dalam satu hari," tutur Rafi lagi. Tak cukup itu, pasangan ini juga dibuat takjub karena prosesi nikah massal pun berlangsung singkat.
"Kirain kan bakal ribet banget begitu, karena kan bukan cuma satu atau dua orang doang yang ikut. Tapi Alhamdulillah cepet banget. Enggak dari pagi sampai sore gitu, enggak. Jam 11 sudah selesai, kami datang setengah sembilan," ungkap Ika menambahkan.
Ika mengenal Rafi, dari seorang kawan. Tiga tahun silam, balon percakapan di media sosial Facebook Ika menyembul, ada Andi di percakapan tersebut. Tak lama dari itu keduanya berangsur dekat.
"Awalnya dia malu-malu. Terus akhirnya, kan dulu zamannya masih Facebook, kan chat-chatan, lalu mau lah dia jemput saya lalu kami ke rumah teman kami itu. Itu sudah lulus, cuma belum kerja," cerita Ika mengingat.
Ilustrasi nikah massal. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Bertahun setelah itu, mereka tinggal seatap. Kini, Rafi dan Ika mengontrak di sebuah rumah sederhana ukuran 6x3,5 meter. Tempat tinggal itu disekat tiga bagian-ruang tamu, kamar tidur dan, bagian belakang diisi dapur serta kamar mandi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menghadiri nikah massal tahun lalu sempat menyampaikan, program ini bakal menjadi tradisi baru setiap malam pergantian tahun. "Kami harap nikah massal ini menghasilkan keluarga yang sakinah yang membawa kebahagiaan," kata Anies saat itu.
Pasangan anyar ini pun demikian. Harapan serupa diutarakan, pernikahan yang dilangsungkan tersebut akan membawa kehidupan mereka menjadi lebih baik.
"Mendapat kerja yang lebih baik, lalu rukun rumah tangganya," harap Arafi. (asa)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini