Menakar Kepantasan Indra Sjafri Latih Timnas Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia -- Indra Sjafri gagal memenuhi target meraih medali emas seperti yang diminta PSSI. Pelatih berusia 56 itu harus puas dengan medali perak usai Timnas Indonesia U-23 dihajar Vietnam 0-3 di final SEA Games 2019, Selasa (10/12).Kegagalan itu turut menodai rekor Indra selama menukangi tim berlabel timnas. Pelatih kelahiran Pesisir Selatan, Sumatera Barat itu sebelumnya selalu menang di final.
Indra pernah dua kali membawa timnas kelompok umur melangkah ke partai puncak dan kemudian juara. Momen pertama tercipta saat mantan pemain PSP Padang menukangi Timnas Indonesia U-19 tahun 2013.
Tim berjuluk Garuda Jaya itu melangkah hingga fase akhir di hadapan publik sendiri. Dalam laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Timnas Indonesia U-19 menang adu penalti atas Vietnam.
Timnas Indonesia U-23 hanya meraih medali perak SEA Games 2019. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj)
|
Sukses Indra di partai final berlanjut tahun ini atau enam tahun setelah gelar Piala AFF U-19. Mantan pelatih Bali United mempersembahkan gelar Piala AF U-22 untuk Timnas Indonesia di Kamboja pada Februari lalu.
Di partai final, tim Garuda Muda bersua Thailand yang lebih difavoritkan juara. Marinus Wanewar dkk pun memutarbalikkan prediksi dan menang tipis 2-1.
Tuah itu coba dijaga Indra saat meladeni Vietnam di final SEA Games 2019. Namun, ia tak kuasa menahan keperkasaan Park Hang-seo bersama Vietnam yang menjelma sebagai 'raja' Asia Tenggara dalam waktu dua tahun terakhir.
Vietnam menggeser Thailand sebagai penguasa di ASEAN. Sejak finis sebagai runner up di Piala Asia U-23, Park berhasil memberikan gelar Piala AFF 2018, membawa Vietnam U-23 lolos ke semifinal Asian Games 2018, hingga yang terbaru medali emas SEA Games 2019.
Meski Timnas Indonesia U-23 gagal juara, Indra berhasil mengembalikan gairah pencinta sepak bola tanah air yang sempat lesu akibat performa buruk timnas senior di Kualifikasi Piala Asia 2022. Racikan taktik Indra jadi obat manjur mengobati 'luka' pendukung tim Merah Putih.
Indra Sjafri berhasil memberikan gelar Piala AFF 2013 bersama Timnas Indonesia U-19. (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
|
Indra mempercayakan motor permainan tim di lini tengah tim pada duet Evan Dimas dan Zulfiandi. Kedua pemain ini adalah 'anak emas' Indra sejak lama.
Evan Dimas sudah jadi andalan Indra sejak dipercaya melatih Timnas Indonesia U-16 saat dua kali menjuarai turnamen HKFA tahun 2012 dan 2013. Sedangkan Zulfiandi tak tergantikan di pos gelandang bertahan sejak era Timnas Indonesia U-19.
Kehadiran Evan dan Zulfiandi membuat Indra bisa menerapkan taktik 'pepepa' yang ideal. Satu aspek lain yang juga jadi nilai plus pelatih yang dulu terkenal dengan gaya blusukan itu adalah kemampuan dalam melihat potensi terbaik pemain.
Saat ditunjuk melatih Bali United tahun 2015, Indra mengubah peran Fadil Sausu dari posisi bek kiri jadi gelandang bertahan. Keputusan itu terbukti jitu karena Fadil kini masuk dalam jajaran gelandang top di Indonesia walau kini sudah menginjak usia 34 tahun.
Indra Sjafri punya plus dan minus selama jadi pelatih timnas kelompok umur. (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
|
Keputusan itu membuat peran Asnawi menonjol di sektor bek kanan. PSM pun dapat untung karena Asnawi kini jadi andalan pelatih Darije Kalezic di sektor bek sayap kanan tim Juku Eja.
Kendati demikian, Indra tetap punya nilai minus. Pelatih berlisensi AFC Pro itu bukan tipikal pelatih yang berani melakukan perubahan taktik radikal saat tertinggal dalam sebuah pertandingan.
Dalam melakukan pergantian pemain, Indra cenderung mengganti pemain yang satu dengan pemain berposisi sama. Hal itu sudah sering terlihat sejak era Timnas Indonesia U-19.
[Gambas:Video CNN]
Saat Ilham Udin Armaiyn atau Maldini Pali dimatikan, Indra akan coba memasukkan Septian David atau Dinan Yahdian Javier. Di Timnas Indonesia U-23, pendekatan itu masih dilakukan.
Salah satu contohnya saat Witan Sulaiman diplot menggantikan Egy Maulana Vikri sebagai starter di final. Sektor penyerang sayap memang yang paling jarang diubah oleh Indra.
Selain itu, Indra bukan tipe pelatih yang piawai dalam mengorganisasi set piece. Dari 21 gol di SEA Games 2019 hanya satu gol yang benar-benar tercipta lewat skema set piece saat Egy Maulana Vikri membobol gawang Laos memanfaatkan umpan matang Saddil Ramdani di laga terakhir fase grup.
Ketidakmampuan menghapus dahaga emas SEA Games 28 tahun membuat Indra sulit bersaing dengan nama-nama top macam Shin Tae-yong (Korea Selatan), Luis Milla (Spanyol), atau bahkan Stefano Cugurra Teco (pelatih Bali United).
Posisi paling realistis bagi Indra adalah melanjutkan kiprah bersama Timnas Indonesia U-23. PSSI juga punya banyak pekerjaan rumah karena pos pelatih timnas senior, Timnas Indonesia U-23, dan Timnas Indonesia U-19 saat ini masih lowong.Kontrak Indra Sjafri sendiri sudah habis setelah gelaran SEA Games 2019. Kini PSSI tinggal mengambil keputusan apakah akan melanjutkan kerja sama dengan Indra atau mencari pelatih lain yang menukangi timnas senior dan kelompok umur seperti Park dan Akira Nishino di timnas Thailand. (nva)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini