Studi: Kelahiran Prematur Kurang Beruntung dalam Cinta

Bayi dikatakan prematur bila lahir saat usia kehamilan ibu kurang dari 37 minggu. Dikatakan cukup bulan bila bayi lahir saat usia kehamilan ibu berada di 37 hingga 40 minggu.
Untuk menilai dampak kelahiran prematur terhadap kehidupan cinta, penelitian terbaru yang dipublikasikan di JAMA Network Open membagi kelahiran prematur dalam 3 kategori, yaitu kelahiran 28 minggu, kelahiran 28-31 minggu serta kelahiran 32 hingga 36 minggu.
Bayi yang sangat prematur, yaitu yang lahir sebelum usia kehamilan 28 minggu, memiliki kemungkinan 67 persen lebih kecil untuk memiliki pasangan yang romantis dan 69 persen lebih kecil untuk menjadi orang tua ketimbang bayi yang cukup bulan.
Bayi yang lahir di minggu ke 28 hingga 31, memiliki kemungkinan 33 persen lebih kecil untuk memiliki pasangan yang romantis dan 21 persen lebih kecil untuk menjadi orang tua ketimbang bayi cukup bulan.Sedangkan bayi yang lahir di usia kandungan 32 hingga 36 minggu, hanya memiliki kemungkinan 21 persen lebih kecil untuk memiliki hubungan romantis atau menjadi orang tua.
Dengan kata lain, semakin prematur bayi, maka semakin kurang beruntung lah kehidupan percintaannya. Ini berlaku baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Hasil studi ini didapat dari analisis data lebih dari empat juta orang. Para peneliti memeriksa data dari 21 studi yang telah diterbitkan sebelumnya dan membandingkan hasil sosial pada orang yang lahir prematur dan cukup bulan.
Ada beberapa alasan mengapa bayi lahir prematur kurang beruntung dalam percintaan dan kesulitan mencari pasangan.
"Apa yang kami ketahui dari penelitian sebelumnya adalah bahwa anak-anak yang lahir prematur biasanya penakut, menarik diri secara sosial, kurang berani dalam mengambil risiko maupun dalam mencari kesenangan," kata peneliti dari University of Warwick Inggris Marina Mendonca, dikutip dari Reuters.Untuk menghindari kemungkinan kurang baik ini, peneliti menyarankan orang tua agar membantu anak-anak mereka yang lahir prematur untuk meningkatkan kemampuan sosial dan rasa percaya diri. Tujuannya agar anak lebih mudah menemukan pasangan dan menjadi orang tua di kemudian hari. (ptj/ayk)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini