Coutinho 'Takdir' yang Gagal di Barcelona
Jakarta, CNN Indonesia -- Philippe Coutinho menjadi 'takdir' yang gagal di Barcelona setelah dilepas ke Bayern Munchen dengan status pinjaman. Apa yang membuat Coutinho gagal memenuhi status bintang dan menjadi andalan di Barcelona?Dibeli dari Liverpool dengan rekor transfer klub Barcelona pada Januari 2018, perjalanan karier Coutinho di Camp Nou hanya bertahan 1,5 musim. Meski hanya berstatus pinjaman satu musim, sulit bagi Coutinho untuk bisa kembali ke Barcelona.
"FC Barcelona ingin mengucapkan terima kasih kepada Philippe Coutinho untuk komitmen dan dedikasinya dan mengucapkan semoga sukses dalam karier barunya," demikian pernyataan resmi Barcelona.
Bulan madu Coutinho dengan Barcelona praktis hanya enam bulan. Penyerang 27 tahun itu terbilang tampil menjanjikan di setengah musim pertama di Camp Nou.
Philippe Coutinho bergabung ke Bayern Munchen. (Peter Kneffel/dpa via AP)
|
Pendukung Barcelona sempat meyakini Coutinho sebagai pembelian yang tepat. Mereka menyakini Coutinho ditakdirkan menjadi penerus Andres Iniesta dan Lionel Messi yang memasuki fase akhir kariernya. Mereka percaya Coutinho bisa mengatasi beban status pemain termahal dalam sejarah Barcelona setelah dibeli 120 juta euro dari Liverpool.
Namun, musim berikutnya Coutinho gagal mengulangi kesuksesan di musim pertamanya. Dari 54 penampilan musim lalu, Coutinho hanya mampu menjadi starter di 28 pertandingan dan bermain penuh 90 menit di 12 pertandingan. Coutinho hanya mencetak 11 gol, atau satu gol lebih baik daripada setengah musim pertamanya di Barcelona.
Lalu apa yang membuat Coutinho kesulitan dan gagal bersinar di Barcelona?
Sejak awal pembelian Coutinho terbilang salah. Coutinho bisa dibilang sebagai pembelian panik Barcelona setelah mereka mendapat desakan dari suporter untuk mendatangkan pemain bintang ke Camp Nou.
Padahal ketika itu sempat dihubungkan dengan gelandang Paris Saint-Germain Marco Verratti. Namun, Barcelona kesulitan meyakinkan PSG untuk melepas pemain asal Italia itu. Barcelona kemudian memaksakan transfer Coutinho untuk terjadi demi pada paruh musim demi menyelamatkan wajah manajemen klub.
Pembelian Coutinho menjadi tidak masuk akal, karena Barcelona sudah memiliki Ousmane Dembele yang juga baru dibeli dari Borussia Dortmund pada awal musim. Ernesto Valverde juga masih punya nama pemain seperti Gerard Deulofeu dan Denis Suarez yang memiliki gaya permainan setipe.
Gagal Adaptasi
Dari sejumlah masalah yang dihadapi Coutinho di Barcelona, masalah terbesar adalah mantan pemain Inter Milan itu gagal beradaptasi dengan sistem di Barcelona.
Sejak awal kedatangan ke Camp Nou, Coutinho diplot untuk bermain di posisi Iniesta. Di musim pertamanya tidak menjadi masalah, karena Coutinho lebih banyak bermain di antara Neymar dan Iniesta. Tapi ketika Iniesta pergi, Coutinho gagal mengikuti keinginan Valverde.
Coutinho bukan pemain yang memiliki kemampuan untuk menahan bola, membuka ruang untuk rekan setim, menjadi jembatan antara lini belakang dan lini depan. Coutinho pun gagal menjadi pengganti Iniesta.
Philippe Coutinho bersama istri, Aina, setelah resmi menjadi pemain Bayern Munchen. (Peter Kneffel/dpa via AP)
|
Mungkin posisi terbaik Coutinho adalah di belakang penyerang. Coutinho harus diberikan kebebasan bermain di sepertiga akhir pertahanan lawan. Tapi, pemain timnas Brasil itu tidak bisa mendapatkan kebebasan seperti itu di Barcelona. Hanya ada satu pemain yang mendapatkan kebebasan seperti itu di skuat Barcelona: Lionel Messi.
Gagal beradaptasi dengan permainan Barcelona di bawah asuhan Valverde dan ditambah 'perang dingin' dengan suporter membuat Coutinho berada di ujung tanduk sejak pertengahan musim lalu. Coutinho bahkan dijadikan Barcelona sebagai alat tukar demi mendapatkan Neymar dari PSG.
Kondisi itu membuat Coutinho harusnya sadar kalau Barcelona bukan klub terbaik untuknya. Setidaknya selama Valverde masih menjadi pelatih klub asal Catalunya tersebut.Meninggalkan Barcelona dan bergabung dengan Bayern mungkin menjadi 'takdir' terbaik bagi Coutinho. Pemain berjuluk O Magico itu bisa menjadi pemain yang benar-benar dibutuhkan Bayern menyusul kepergian Franck Ribery dan Arjen Robben. (nva)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini