DI Indonesia setidaknya ada empat ketum partai yang ditangkap KPK. Paling ironis, adalah partai berlabel Islam pemimpinnya terlibat pula korupsi. Setelah Lutfi Hasan Iskak (PKS), menyusul Suryadharma Ali (PPP) dalam kapasitas sebagai Menag. Tapi ternyata jejak sesat SDA sekarang diikuti pula oleh penggantinya, Romahurmuziy (Rommy).
Menjadi pemimpin itu memiliki dua resiko; kalau tidak mukti (kaya), ya mati! Jika mati kehilangan nyawa, dia bisa disebut pahlawan, paling tidak oleh kelompoknya. Tapi sekarang ini banyak pemimpin yang mati karier karena korupsi. Ini jelas bukan lagi pahlawan, tapi penjahat negara.
Sejak era reformasi, negeri ini punya catatan buruk atas 4 Ketum parpol, semua jadi urusan KPK. Pertama kali Presiden PKS Luthfi Hasan Iskak, terlibat korupsi lahmul bakorun (daging sapi) impor di Kementrian Pertanian (2013). Kedua, Suryadharma Ali (PPP), tapi dalam kapasitas sebagai Menteri Agama, gara-gara penyelewengan penyelenggaraan haji (2015). Ketiga, Setya Novanto (Golkar) karena kasus e-KTP (2017). Keempat Ketum PPP yang sekarang, Romahurmuziy (Rommy).
Ditilik dari nama parpol tersebut, ketiga Ketum itu dari parpol berlabel Islam. Ini sungguh ironis. Mereka pasti tahu akan hadits Nabi “laknatullah ‘ala rosyi walmurtasyi” (laknat Allah atas mereka yang terima suap dan menyuap). Tapi kenapa masih dilakukan, terima dana yang tidak halal? Atau mereka saat itu menganggap, apa yang dilakukan bukan bagian dari korupsi.
Kemarin Ketum PPP Romahurmuziy terkena OTT di Surabaya. Kata Jubir KPK Febri Diansyah, terkait pengisian jabatan di Kemenag. Lho, memangnya dia ini Menag, kok mau ngatur sampai segitunya? Bikin nggak enak Menag, kan jadinya?
Paling tragis, tragedi PPP ini terjadi ketika menghadapi Pileg dan Pilpres sekaligus. Bagi semua Parpol, Pileg-Pilpres yang berbarengan, jelas membutuhkan dana yang besar. Apakah Rommy sampai senekad itu juga karena sedang kumpul-kumpul dana?– gunarso ts
http://poskotanews.com/2019/03/16/ketika-ketum-ppp-mengikuti-jejak-surya-dharma-ali/Bagikan Berita Ini