TAHUN politik apa pun bisa dipolitisir. Semua ucapan yang terlontar dari caleg maupun capres, jadi makanan empuk buat dipolitisir. Contohnya, kata-kata ‘tampang Boyolali’ yang diucapkan oleh Capres Prabowo Subianto, niatnya bercanda malah menuai polemik lantaran digoreng-goreng.
Belakangan, ketika Prabowo bertandang ke Singapura dan mengatakan korupsi di Indonesia ibarat kanker stadium 4, juga digoreng dan dikait-kaitkan dengan era Presiden Soeharto. Faktanya memang korupsi saat ini sangat parah, merasuk ke semua lini, mulai eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Tetapi politisi PDIP menyebut Pak Harto guru korupsi, maka suhu politik kian panas. Tentu saja orang-orang yang loyal serta rakyat yang merindukan era kepemimpinan Soeharto tak terima dengan ucapan itu.
Akan halnya dengan korupsi, perilaku curang ada di setiap zaman. Karena menyangkut mental. Kapan ada kesempatan, kecurangan pun dilakukan. Di era Bung Karno, di saat ekonomi morat-marit, memang tak ada yang bisa dikorup. Beras dan minyak tanah saja saat itu antre.
Pak Harto, Presiden ke-2 RI yang memegang tampuk kepemimpinan selama 32 tahun. Pak Harto mendapat gelar Bapak Pembangunan karena dinilai berhasil membangun negara ini dan mengejar ketertinggalan dari negara lain. Pak Harto juga meletakkan pondasi pembangunan berkesinambungan, dengan konsep jangka pendek dan jangka panjang. Konsep yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang bertujuan memenuhi kebutuhan dasar, infrastruktur dengan penekanan pada sektor pertanian.
Di bidang pendidikan, era Orde Baru bisa disebut era di mana masyarakat bisa menikmati pendidikan murah. Sekolah SD hingga SMA memang bayar SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan), tidak gratis seperti saat ini. Tetapi pengeluaran wali murid ringan, hanya SPP, tak ada ‘pernak pernik’ biaya lain. Buku pelajaran juga bisa pakai warisan kakak kelas, tak perlu setiap tahun ganti yang ujung-ujungnya jadi proyek oknum nakal.
Begitu pula biaya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), juga murah. Cukup biaya SPP tiap semester, biaya praktikum dan biaya lainnya disubsidi. Beasiswa dari pemerintah juga banyak, salah satunya beasiswa Supersemar. Maka tak heran bila saat itu banyak anak tukang becak, kuli, anak petani kecil, kuliah tanpa harus minder tak punya biaya.
Di sektor pertanian, Indonesia juga saat itu berjaya dengan swasembada pangan. Dunia mengakui itu. Nah, Pak Harto selain diberi gelar Bapak Pembangunan, juga dinilai sebagai presiden yang paling berhasil dalam memimpin Indonesia. Ini hasil survei Indo Barometer pada April 2018. Survei yang sama juga pernah dilakukan lembaga ini pada 2011, dan hasilnya sama.
Jadi wajar bila bagi masyarakat yang merasakan era ‘6 presiden’ kemudian membandingkan era kepemimpinan tiap-tiap presiden, bernostalgia dan berharap kondisi di negeri ini lebih baik, paling tidak dari era sebelumnya. Maka, poster bergambar Pak Harto dengan tulisan ‘Piye Kabare Bro.. BBM Mundak Meneh Yo.. penak Jamanku To…? kerap ditemui dimana-mana.
Kini, Capres Prabowo menggaungkan kembali konsep-konsep pembangunan yang dilakukan di era Orde Baru. Selama itu postif dan membawa kemaslahatan, kenapa tidak. ‘Tak perlu gengsi,’ kata Titiek Soeharto. – (Adri)
http://poskotanews.com/2018/11/30/mencontek-konsep-era-bapak-pembangunan/Bagikan Berita Ini