SELAMAT beraktivitas. Alhamdulillah, sudah ketemu Sabtu lagi. Seorang anggota grup di WA menyapa dengan kalimat klisenya. Ya, hampir setiap hari, selalu diawali dengan nama hari. Artinya ketika hari Senin, ya dia menulis;’ sudah Senin lagi. Ayo semangat. Selasa, ya sudah selasa lagi, ayo semangat, semoga kita hari ini mendapat berkah rezeki yang melimpah!
Tentu saja, sebagai kawan di grup harus punya toleransi, ketika ada yang menyapa apalagi dengan disertai doa, pasti menjawab; ‘Alhamdulilah. Aamiin yra.’
Dengan menghitung hari seperti dia atas, kayaknya biasa saja, tapi ketika dicerna, betapa singkatnya hari-hari yang dilalui manusia. Bayangkan, perasan sang anggota WA itu baru berkomentar soal Hari Sabtu itu belum lama, kok sudah hari Sabtu lagi?
Ya, perjalanan waktu memang begitu singkatnya. Maka, ketika ditanya orang yang hidup dengan umur ratusan tahun, sebelum jaman Nabi Muhammad SAW, mereka mengatakan bahwa hidupnya sangat singkat.”Ya, seperti kita berjalan dari pintu depan ke pintu belakang rumah”. Hidup itu ya, siang, malam. Dan besok siang dan malam lagi. Begitu seterusnya.
Jadi jangan heran ketika, berkumpul dengan para sahabat handai tolan, setahun, sebulan, atau seminggu yang lalu, atau bahkan semalam, tiba-tiba paginya mereka sudah tiada. Lalu bagi keluarga, yang selama ini hidup bersama, baru tersadar, “Perasaan kami belum lama hidup dengan anak, istri atau suami. Kok, mereka telah tiada? “
Masalahnya adalah ketika orang yang dicintainya itu pergi mendadak karena musibah. Seperti yang terjadi belakangan ini, musibah gempa tsunami, pesawat jatuh. Atau juga meninggal karena ulah penjahat, rampok, begal dan akibat tawuran yang nggak jelas?
Sadar, sesadar-sadarnya, bahwa garis hidup mati ada di Tangan Yang Maha Kuasa. Ini takdir! Oleh sebab itu, bahwa hidup ini singkat. Jadi ngapain, tuh para oknum pejabat pada korupsi, memupuk harta jarahan? Nggak ingat mati, ya? – (massoes)
http://poskotanews.com/2018/11/03/hidup-itu-begitu-singkat-ya/Bagikan Berita Ini