Fariz RM, Musisi yang Dibesarkan Denting Piano Mami

Jakarta, CNN Indonesia -- Pria bernama Roestam Moenaf berdarah Minang menikah dengan seorang perempuan bernama Anna Reijnenberg yang berdarah Betawi-Belanda. Mereka dikarunia tiga orang anak.

Si bungsu mereka namai Fariz Roestam Moenaf. Di kemudian hari, ia tumbuh jadi musisi kawakan dengan nama panggung Fariz RM.

Sejak lahir, Fariz memiliki yang perawakan paling berbeda ketimbang dua kakaknya. Kulitnya putih dan rambutnya sedikit pirang seperti bule. Itulah yang membuat Fariz dipanggil Si Bule, sejak kecil sampai saat ini.

Masa kecil Bule tidak jauh berbeda dengan keluarga lainnya meski ayahnya orang terpandang. Bagaimana tidak, Roestam sempat menjabat sebagai staf ahli Tahi Bonar Simatupang yang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang.

Roestam juga merupakan penyanyi di Radio Republik Indonesia (RRI), sementara Anna adalah pelatih piano klasik. Kombinasi keduanya membuat Bule pandai memainkan piano dan bernyanyi.

Bule kini berusia 61 tahun, saat ditemui di apartemen yang terletak di bilangan Bintaro, ia mengenang masa kecil. Sesekali Fariz RM memejamkan mata sembari menunduk untuk mengingat. Rokok kretek dan teh dalam kemasan menemani cerita itu.

Saat kecil, kata Fariz, hampir setiap hari ia melihat ibunya memainkan piano di rumah yang terletak di Jalan Maluku, Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu ia sama sekali belum paham piano, ia hanya tahu ibunya membuka lemari kayu kemudian mengeluarkan bunyi ketika dipencet.

"Ketika kecil kalau gue enggak mau makan, sakit atau menangis, dengan mendengarkan Mami main piano gue langsung tenang. Itu yang membuat gue enggak punya pilihan lain selain jadi musisi, sejak kecil hanya ingin jadi musisi," kata Fariz.

Fariz RM, Si Bule 'Rock n Roll' Pendidik Keluarga

Fariz memiliki yang perawakan paling berbeda ketimbang dua kakaknya. Kulitnya putih dan rambutnya sedikit pirang seperti bule. (Dok. Pribadi)

Perfect Pitch

Selain Bule, Mami memiliki panggilan khusus untuk Fariz. Ia kerap memanggil Fariz dengan sebutan Pi, sampai saat ini ia belum tahu apa artinya dan menganggap itu hanya panggilan biasa. Pun ayahnya ikut memanggil dia Pi.

Semakin dewasa Bule semakin tertarik dengan piano. Ia pun mulai belajar piano pada sang ibu. Mami sangat andal memainkan piano karena berguru dengan Charlotte Sutrisno yang dianggap sebagai profesor piano klasik pada masa itu.

Sebagai guru piano, Mami sangat profesional. Ia meminta Bule untuk memainkan piano dua jam setiap hari. Setelah pulang sekolah, Bule selalu tidur siang, kemudian berlatih piano pada sore hari. Sampai kemudian, Bule merasa jenuh latihan piano pada usia 10 tahun.

"Akhirnya Mami bikin kesepakatan, setiap gue pulang sekolah Mami pencet satu tuts dan gue diminta untuk menebak. Kalau tebakan benar, hari itu enggak latihan, kalau salah main empat jam," kata Fariz sambil memperagakan main paino.

Ia melanjutkan dengan membanggakan latihannya dulu, "Setengah mati gue hafalin dan dan malah jadi latihan sendiri. Mami seolah beri keringanan, padahal itu taktik. Seumur-umur gue cuma pernah salah tebak dua kali dan sekarang gue jadi perfect pitch,"

Ketika beranjak dewasa, Fariz RM tak lagi berlatih reguler dengan Mami. Ia mempertajam kemampuannya dengan berlatih bersama Sutrisno dan Sunarto Sunaryo. (Dok. Pribadi)

Ketika beranjak dewasa, ia tak lagi berlatih reguler dengan Mami. Ia mempertajam kemampuannya dengan berlatih bersama Sutrisno dan Sunarto Sunaryo. Jadilah ia seperti sekarang, Fariz yang kerap bermain kitar (kibor/gitar) saat tampil di atas panggung.

Dari Roestam, yang biasa ia panggil papi, Bule tidak terlalu mendapat banyak pelajaran bermusik meski selalu didukung untuk menjadi musisi.

Namun Papi selalu mengajarkan Bule dua hal terpenting, yaitu tidak menyusahkan orang lain dan selalu jujur. Oleh karena itu Papi melarang Bule jadi politisi.

"Makanya sejak kalian (tim CNNIndonesia.com) datang, gue bilang mau ditanya apa saja, gue akan jawab jujur. Gua percaya jawaban apa pun dari gue enggak akan merusak popularitas. Silakan tanya," kata Fariz seraya merentangkan tangan di tengah perbincangan kami.

Nama Mengikat

Nasihat dari Papi ia teruskan pada tiga anaknya dari Oneng Diana Riyadini, yaitu si kembar Ravenska Atwinda Difa dan Rivenski Atwinda Difa, kemudian si bungsu Syavergio Avia Difaputra.

Foto mereka bertiga terpampang pada ruang tamu yang kurang lebih berukuran 3 x 6 meter. Beberapa kali bule menunjuk foto itu ketika bercerita tentang anaknya, mulai dari cara mendidik sampai kehidupan anaknya saat ini.

"Gue enggak pernah bilang enggak sama anak-anak gue, kalau mereka mau ngapain saja gue bolehkan, tapi gue kasih tahu apa konsekuensinya. Hubungan dalam keluarga gue itu demokratis banget," kata Bule.

Anak Fariz RM dan Oneng, si kembar Ravenska Atwinda Difa dan Rivenski Atwinda Difa, kemudian si bungsu Syavergio Avia Difaputra. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat)

"Alhamdulillah mereka sukses semua, Venska dan Venski di Belanda kuliah S1 dan S2 di sana. Kalau Gio masih kuliah jurusan Kedokteran Gigi di Universitas Diponegoro,"

"Gue enggak menyangka. Bapaknya kayak gini rock n roll banget, kan gila. Ya tapi Alhamdulillah," kata Fariz sambil mematikan puntung rokok di asbak.

Nama ketiga anak Bule dan Oneng mungkin terdengar unik dan jarang digunakan. Hal ini karena beberapa bagian nama tersebut merupakan singkatan.

Seperti pada Ravenska Atwinda Difa. "Ra" berarti "rahmat Allah", "Atwinda" artinya "anak twin dari" dan "Difa" berarti "Dian Fariz". Kemudian Rivenski Atwinda Difa, "Ri" berarti "rida ilahi". Lalu Syavergio Avia Difaputra, "Sya" berarti "syukur alhamdulillah" dan "Avia" berarti "adik venski venska".

"Itu jadi penguat kita sekarang [meski sudah bercerai dengan Oneng]. Karena nama itu tetap ada dan mengikat," kata Fariz RM.

Tulisan ini merupakan bagian dari FOKUS (serial artikel) CNN Indonesia yang bertajuk Secita Cerita Fariz RM.

(end)

Let's block ads! (Why?)