Search

Cara Memilih dan Merawat Pakaian Agar Ramah Lingkungan

Cara Memilih dan Merawat Pakaian Agar Ramah Lingkungan

Jakarta, CNN Indonesia -- Demi mengejar tren, sejumlah industri fesyen kini melakukan fast fashion, yaitu memproduksi pakaian secara besar-besaran dan menerus. Padahal, untuk memproduksi satu pakaian dibutuhkan cukup banyak air dan katun, termasuk menghasilkan limbah yang tidak sedikit.

Kondisi tersebut membuat industri fesyen disebut-sebut sebagai industri nomor dua yang paling mencemari lingkungan setelah minyak, lapor Metro UK.

Kepedulian terhadap lingkungan membuat sejumlah selebriti maupun rumah mode mulai menerapkan konsep fesyen berkelanjutan atau sustainable fashion. Konsep tersebut 'mewajibkan' agar bahan dan proses produksi pakaian menjadi ramah lingkungan. Mengutip The Guardian, Stella McCartney menjadi salah satu desainer yang telah menerapkan konsep tersebut.

Tak hanya desainer, selebriti, atau rumah mode yang bisa membuat fesyen lebih ramah lingkungan. Bagaimana kita memilih dan merawat pakaian juga ikut menentukan kelestarian alam. Berikut sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mendukung konsep berkelanjutan dalam dunia fesyen.


1. Mengelompokkan sebelum dicuci
Demi kepraktisan, banyak orang yang mencuci baju dengan cara menyatukan semuanya baju di dalam mesin cuci. Padahal tiap baju bisa memiliki bahan yang berbeda dan cara perawatan yang berbeda pula.

Anda perlu memperhatikan label busana. Biasanya label menuliskan cara perawatan seperti dicuci dengan tangan atau mesin cuci, penggunaan pewangi, penggunaan pemutih, cara penjemuran, hingga cara menyetrika.

Bahan-bahan lembut seperti satin atau renda jelas tidak bisa masuk mesin cuci. Bahan seperti ini sebaiknya dicuci manual atau dengan tangan. Perawatan yang tepat niscaya membuat pakaian lebih awet dan tidak mengharuskan orang membeli baju baru.

2. Tidak keseringan dicuci
Pelaku industri fesyen sering menyuarakan bahwa baju tak perlu dicuci terlalu sering.

"Pada dasarnya, dalam hidup, jika Anda tidak benar-benar perlu membersihkan apapun, jangan bersihkan," ucap desainer Stella McCartney.

Saat mencuci pakaian, listrik dan air jelas diperlukan. Mengutip Metro, rata-rata rumah tangga menghabiskan 13.500 galon air per tahun untuk 'menghidupi' mesin cuci. Jika aktivitas mencuci sangat diperlukan, McCartney merekomendasikan mencuci dengan air temperatur rendah dan menggunakan detergen cair.

"Detergen bubuk menciptakan gesekan di baju selama dicuci, sehingga makin banyak serat terlepas, sedangkan detergen cair lebih lembut. Lebih sedikit gesekan, lebih sedikit serat terlepas," jelasnya.

3. Pilih bahan alam
Beberapa jenis baju mencantumkan penggunaan bahan alami. Namun sebenarnya merekalah yang merusak alam. Bahan kapas atau katun adalah yang paling merusak alam. Membeli satu kemeja putih sama dengan emisi gas mobil yang dikendarai sejauh 8,8 km.

Kini, pakaian yang ramah lingkungan adalah pakaian yang mencantumkan logo daur ulang karena menggunakan bahan-bahan hasil daur ulang.

4. Pertimbangan 'masa hidup' baju
Sebuah riset dari sebuah badan amal Barnardos menemukan wanita mengenakan busana rata-rata tujuh kali sebelum akhirnya dibuang. Ini jadi kebiasaan yang makin menyuburkan praktik fast fashion.

Konsultan kelestarian lingkungan Eco Age menyarankan untuk mempertimbangkan 'masa hidup' atau ketahanan baju yang dibeli. Mereka pun memiliki kampanye #30wears. Mereka mendorong pembeli baju untuk memikirkan apakah baju yang dibeli dapat dikenakan hingga 30 kali atau lebih. Jika iya, maka baju tersebut layak dibeli.


5. Permak
Tak ada salahnya berinvestasi pada alat jahit atau mesin jahit sehingga Anda bisa memperbaiki kerusakan kecil pada baju.

Celana-celana jin tak terpakai bisa dipermak sehingga bisa dimanfaatkan lagi. Bahkan bahan-bahan denim seperti ini bisa dijadikan barang lain semisal tas belanja.

6. Pilih kualitas ketimbang kuantitas
Menyoal kelestarian lingkungan berarti menyoal keawetan atau ketahanan busana. Sebuah keputusan tepat bila berinvestasi pada baju yang berkualitas tinggi sehingga menawarkan keawetan hingga waktu tahunan. Harga memang lebih mahal tetapi ini lebih baik bagi lingkungan ketimbang membeli baju kualitas rendah berkali-kali.

[Gambas:Video CNN] (els/ayk)

Let's block ads! (Why?)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini
Powered by Blogger.