Search

Mencari Keberadaan Air Terjun di Karawang Selatan

Mencari Keberadaan Air Terjun di Karawang Selatan

Jakarta, CNN Indonesia -- "Permisi ada toilet?," saya bertanya kepada seorang petugas waralaba di kawasan Karawang Selatan.

"Punten a, toiletnya ada tapi airnya yang gak ada," ujar petugas tersebut. Ia menjelaskan sudah sekitar empat bulan daerahnya (Kecamatan Tegalwaru), mengalami kekeringan.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, ia melanjutkan, harus membeli air bersih yang dijual dalam gerobak. Padahal di dekatnya banyak gunung yang tentunya ada mata air.

Sekilas, kawasan ini cukup menarik untuk dikunjungi oleh warga Jakarta. Karena dikelilingi pegunungan dan persawahan, sayangnya musim kemarau membuat sawah mengering dan pegunungan tampak suram.

Untuk mencapai tempat ini hanya perlu waktu sekitar tiga jam perjalanan, atau lebih tepatnya kurang dari 78 kilometer, untuk mencapai tempat ini.


Pagi itu saya bertolak dari kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pukul 06.30 WIB. Berbekal aplikasi peta digital, mobil yang saya tumpangi diarahkan melalui jalur Cileungsi-Jonggol untuk menuju Curug Bandung.

Sebenarnya ada dua jalur untuk menuju tempat ini, pertama yang saya lalui saat berangkat (Cileungsi-Jonggol-Karawang) dan kedua adalah lewat jalur Tol Cikampek. Jalur kedua saya pilih sebagai jalur pulang.

Berdasarkan info yang saya dapat dari internet, Curug Bandung merupakan kompleks air terjun yang terdiri dari enam air terjun dan sebuah camping ground.

Terlebih untuk menuju Curug Bandung, pengunjung harus melewati jalur pegunungan layaknya mendaki.

Setelah menuntaskan kewajiban membuang air kecil, yang akhirnya dilakukan di kebun gersang, saya melanjutkan perjalanan ke arah Curug Bandung.

Tidak sulit untuk mencapai tempat ini, hanya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu ikuti arahan aplikasi peta digital dan bertanya ke penduduk sekitar.

Sekitar satu jam setelah pemberhentian untuk urusan buang hajat, saya akhirnya tiba di lokasi parkir mobil di permukiman dekat Curug Bandung.


Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanPermukiman di dekat kawasan Curug Bandung. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Jalan di sini sudah di beton namun sempit, hanya muat satu mobil saja. Jika berpapasan dengan motor, maka dijamin akan kewalahan.

Usai memarkir mobil, saya lanjutkan dengan berjalan kaki. Tidak sulit mencari jalan menuju Curug Bandung, cukup ikuti saja jalan yang mengarah ke atas sampai bertemu dengan gerbang masuk kawasan Curug Bandung.

Menjelang gerbang masuk, pengunjung akan disambut dengan aliran air sungai yang dipenuhi batu.

Sayangnya saya berkunjung saat musim kemarau, sehingga aliran air sangat kecil bahkan ada beberapa bagian yang mengering. Jangan lupa siapkan uang Rp10 ribu per orang untuk masuk ke kawasan ini.

Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanGerbang masuk kawasan Curug Bandung. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Saya sudah memprediksi jika debit air di beberapa air terjun di kawasan Curug Bandung, juga akan bernasib sama. Namun itu tidak menghalangi niat saya untuk melewati jalan terjal mendaki ke arah Curug Bandung.

Di tempat ini ada beberapa air terjun selain Curug Bandung, yaitu Curug Peuteuy, Curug Cimata Heulang, Curug Lisung, dan Curug Jodo. Selain itu ada pula Batu Tumpang dan Camping Ground.

Medan treking menuju Curug Bandung tidak bisa dikatakan mudah, meski sebagian besar jalanan sudah diberi bebatuan sebagai bantuan untuk menapak namun masih ada juga yang hanya berupa tanah merah.

Bahkan saat saya menuju Curug Bandung, ada jalur yang sedang dirapikan dengan memberinya batu untuk mencegah pengujung terpeleset di musim hujan.

Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanPerbaikan jalan. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Maklum saja, semua curug di sini masuk dalam kawasan Gunung Sanggabuana yang juga menjadi kawah candradimuka bagi TNI.

Tantangannya menuju Curug Bandung adalah jika musim panas akan longsor karena gumpalan tanahnya rapuh, sementara musim hujan pasti licin.

Untuk mencapai Curug Bandung saya memerlukan waktu sekitar dua jam perjalanan, lengkap dengan beberapa kali beristirahat dan mengunjungi dua buah curug lainnya.

Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanBatu Tumpang (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Barangkali jika hanya menuju Curug Bandung tanpa 'nyeleweng' ke curug yang lain, perjalanan hanya memakan waktu satu jam.

Dari gerbang masuk, pengunjung akan bertemu dengan Batu Tumpang sebagai atraksi pertama. Tak jauh dari Batu Tumpang ada Curug Peuteuy yang di dekatnya terdapat sebuah kolam renang kosong tanpa air.

Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanCurug Lisung. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Setelah melewati Curug Peuteuy, perjalanan akan semakin berat. Hari itu saya tidak menyambangi semua Curug, karena tujuan saya Curug Bandung maka saya hanya sanggup singgah di Curug Lisung dan Curug Jodo.

Alasannya tak lain adalah betis yang mendadak terasa sangat kencang akibat jarang berolahraga.

Curug Lisung sebenarnya cukup menarik jika debit air sedang besar, mengingat kawasan ini cukup tersembunyi dan sangat cocok untuk kemping.

Saya membayangkan bermalam di sini dan menyambut esok pagi dengan melihat air terjun, layaknya memiliki kawasan ini seorang diri.

Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanCurug Jodo. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Sepanjang perjalanan saya melihat banyak bangunan semi permanen yang diperuntukan sebagai warung, namun yang buka bisa dihitung dengan jari dalam satu tangan. Terlebih di dekat Curug Bandung, mungkin ada sekitar 10 warung tapi tidak ada satu saja yang buka.

Mungkin hal ini disebabkan waktu berkunjung saya yang bukan akhir pekan, sehingga mereka memilih tidak berjualan di sini ketimbang tidak dapat apa-apa selain lelah.

Hari itu seluruh kawasan Curug Bandung seakan menjadi milik saya, karena tidak ada orang selain saya dan beberapa remaja yang baru saya temui di dekat Curug Jodo.

Mengujungi Air Terjun Kering di Karawang SelatanArea warung di Curug Bandung. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Usai menamatkan perjalanan, saya memutuskan untuk menuju lokasi parkir mobil. Hanya butuh waktu satu jam untuk tiba di tempat kami parkir.

Memang perjalanan turun terasa jauh lebih mudah, namun tetap saja membuat kaki gemetar sehingga harus mengisi tenaga dengan cepat. Caranya tidak lain adalah makan siang.

Setelah makan siang dan bersantai saya memutuskan kembali menuju Jakarta karena hari sudah menjurus gelap, dan di sini lampu penerang jalan jarang menampakkan diri.

Kali ini saya memilih lewat jalur Karawang, dan yang saya temukan ternyata pemandangan mengejutkan. Berbeda dengan jalur berangkat yang penuh dengan sawah dan pegunungan, jalur pulang ini justru padat dengan tempat pengolahan batu kapur.

Debu dan asap hitam pekat menjadi teman setia sepanjang Jalan Raya Pangkalan menuju kota Karawang.


[Gambas:Video CNN]

(ard)

Let's block ads! (Why?)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini
Powered by Blogger.