Sepertiga Industri Komponen 'Hilang' Gara-gara Mobil Listrik
Jakarta, CNN Indonesia -- Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan diproyeksi bakal menyingkirkan sebagian pelaku industri pemasok komponen otomotif dalam negeri.Regulasi itu dipahami punya tujuan mempercepat kendaraan listrik murni berkembang di dalam negeri. Masalahnya, kendaraan listrik membutuhkan lebih sedikit komponen dan sebagian besar jenisnya berbeda ketimbang kendaraan bermesin pembakaran dalam.
Sebab kebutuhan komponen nantinya berkurang dan berbeda jenis, pengembangan kendaraan listrik murni disebut bakal berdampak negatif pada industri komponen dalam negeri yang selama ini fokus pada kendaraan bermesin pembakaran.
Agen Pemegang Merek (APM) hingga pemasok komponen sudah menyadari hal tersebut.
Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyebut era kendaraan listrik bakal 'menghilangkan' sepertiga anggotanya. Sekretaris Jenderal GIAMM Hadi Surjadipradja mengatakan saat ini anggota asosiasinya berjumlah 235.Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat 10 ribu komponen kendaraan konvensional bakal lenyap seiring kehadiran kendaraan murni listrik di Tanah Air. Kendaraan listrik cuma perlu didukung sekitar 20 ribu komponen, sementara kendaraan konvensional ditopang 30 ribu komponen.
Komponen-komponen yang dimaksud seperti mesin (kepala silinder), transmisi manual, knalpot, sistem rem hidrolis, busi, dan tangki bahan bakar. Sektor itu sudah saban tahun dibuat industri komponen dalam negeri.
"Jadi kalau kami lihat anggota saya itu yang berubah, minimal 1/3 hilang," kata Hadi di Jakarta belum lama ini.
Namun menurut Hadi pihaknya tidak khawatir, sebab kendaraan listrik pada dasarnya tetap membutuhkan komponen. Pihaknya akan mencari celah untuk tetap menjadi pemasok.
Hadi bilang mobil listrik diproyeksi hanya untuk kendaraan penumpang, sehingga GIAMM masih dapat memasok komponen ke produsen mobil komersial.
"Karena saat ini pengembangan baterai masih sangat berat. Karena itu mungkin ada alternatif lain (khusus kendaraan komersial). Tapi mobil penumpang arahnya ke listrik. Tapi jangan lupa mobil listrik butuh bodi biar tidak kehujanan, tetap gunakan roda, meski tidak ada powertrain. Jadi tidak usah khawatir," ungkap Hadi.
Tanggapan Produsen Mobil
Lain dari kegusaran pelaku industri komponen, produsen mobil justru merasa optimis menyongsong era kendaraan listrik di Indonesia.
Business Innovation and Sales & Marketing Director Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan pihaknya sudah siap. Namun yang mengganjal, menurut Yusak, ada tiga komponen yaitu motor listrik, powertrain, dan baterai yang hingga kini dikatakan belum bisa dikokalisasi.
Lokalisasi tiga komponen itu di Indonesia kata Yusak butuh waktu. Semua harus dilakukan bertahap, tidak bisa instan.
"Soal infrastrukturnya bagaimana, setahu kami memang masih ada tiga komponen yaitu baterai, powertrain, dan motor yang belum bisa dilokalisasi. Jadi sedang dalam tahap development," ucap Yusak.
Menurut Yusak setelah Perpres diundangkan, pelaku industri juga masih punya cukup banyak waktu untuk melakukan persiapan. Yusak bilang waktu dua tahun cukup untuk menyesuaikan antara aktivitas bisnis dan produk.
"Ada masa tenggang dua tahun di mana kami bisa siap-siap untuk menjalankan. Tapi Honda sudah punya teknologi," ucap Yusak.
Sementara itu Direktur Technical PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Yui Hastoro menilai kehadiran kendaraan listrik tidak akan menghilangkan peran industri komponen.
Sebab, kata Yui kendaraan listrik tetap membutuhkan berbagai komponen yang saat ini ada pada mobil-mobil dengan bermesin pembakaran dalam atau yang dikenal internal combustion engine (ICE).
"Mungkin ada beberapa penghilangan tapi pada dasarnya industri komponen akan tetap kami pertahankan," kata Yui. (ryh/fea)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini