Search

Mengenal Sejarah Sulawesi Utara dari Kota Manado

Mengenal Sejarah Sulawesi Utara dari Kota Manado

Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Manado merupakan pintu masuk sekaligus kawasan penting bagi banyak orang yang berkepentingan. Entah itu warga setempat maupun wisatawan.

Saya mendaratkan kaki di Banda Udara Sam Ratulangi pada penghujung bulan Juli 2019. Saat itu kota Manado sedang mempersiapkan salah satu pesta besar tahunan yakni Manado Fiesta.

Manado Fiesta 2019 adalah rangkaian hari jadi kota Manado sekaligus menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia. Tak heran jika acara ini digelar selama delapan hari berturut-turut mulai 27 Juli-4 Agustus 2019.

Kota yang sudah berusia nyaris empat abad ini rupanya memiliki beberapa lokasi yang eksotis, sehingga menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara.


Namun sayang, saya hanya memiliki waktu sehari di Manado sehingga tidak semua lokasi wisata sempat saya kunjungi.

Belum lagi ditambah faktor jasa rental sepeda motor yang laris manis di hari itu. Satu-satunya moda transportasi yang cukup fleksibel adalah jasa transportasi online atau berjalan kaki.

Setelah mencari tahu beberapa objek wisata di kota Manado yang memungkinkan saya kunjungi, maka pilihan tempat pertama jatuh ke Kelenteng Ban Hin Kiong karena bisa saya tempuh dengan berjalan kaki dari hotel tempat saya menginap di Jalan Sudirman.

09.00 - Klenteng Ban Hin Kiong dan Kwan Kong

Ban Hin Kiong merupakan klenteng tertua di Manado yang didirikan pada tahun 1819, rumah peribadatan ini berada di kawasan Pecinan tepatnya di Jalan D.I. Panjaitan.

Klenteng ini terdiri dari bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran naga dan tongkat kayu berapi.

 di Kota ManadoKlenteng Ban Hin Kiong. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Tak jauh dari Ban Hin Kiong terdapat Klenteng Kwan Kong yang dibangun pada tahun 1957. Jika dilihat sekilas, ornamen di Klenteng Kwan Kong jauh lebih beragam.

Kebetulan saat saya berkunjung ke sana Klenteng Kwan Kong sedang dalam rangka merayakan hari jadinya, sehingga nampak sangat meriah dalam balutan warna merah.

Setelah puas 'hinggap' di dua Klenteng tua kota Manado, saya penasaran untuk mencoba angkutan umum yang menurut saya cukup unik lantaran bangku penumpang di bagian belakang menghadap ke depan.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota Manado [EBG]Klenteng Kwan Kong dari Klenteng Ban Hin Kiong. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Namun saya hanya naik untuk menamatkan Jalan D.I. Panjaitan saja mengingat saya tak paham rutenya.

10.30 - Makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton

Dari Jalan D.I. Panjaitan saya memesan ojek online untuk menuju lokasi berkutnya yaitu makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, yang terletak di Pekuburan muslim Mahakeret Timur Kecamatan Wenang.

Kanjeng Ratu Sekar Kedaton adalah permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwono V yang dituduh membangkang perkara tahta kerajaan. Ia juga dimusuhi oleh Belanda karena dianggap kerabat dekat Pangeran Diponegoro.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoMakam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Dalam komplek makam Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, terdapat pula kuburan putranya yaitu Gusti Kanjeng Pangeran Arya Suryeng Ngalaga.

12.00 - Pesta Cakalang

Waktu menunjukkan pukul 12.00 WITA dan perut sudah tidak bisa diajak kompromi, mengingat lokasi selanjutnya yang ingin saya kunjungi cukup dekat maka saya memutuskan untuk berjalan kaki sembari mencari rumah makan.

Tidak jauh dari Museum Negeri Sulawesi Utara saya menemukan rumah makan dengan menu andalan ikan cakalang. Tak ingin melewatkan begitu saja, saya langsung memesan dua menu yang berbeda yaitu nasi goreng cakalang dan mie rebus cakalang.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoNasi goreng Cakalang. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Berhubung Manado dikenal dengan menu ikan cakalang, maka rasanya pun tidak akan pernah mengecewakan. Begitu pula dengan dua menu yang saya pesan siang itu.

Ikan cakalang kerap disebut ikan tongkol putih karena warnanya yang lebih cerah, tapi badannya sedikit lebih besar dan gemuk.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoMie rebus Cakalang. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Setelah puas melumat dua menu tersebut, saya melanjutkan perjalanan ke lokasi tujuan yaitu Museum Negeri Sulawesi Utara.

13.30 - Museum Negeri Sulawesi Utara

Wajah museum ini tidak jauh berbeda dengan museum-museum pada umumnya di Indonesia, muram dan kurang menarik.

Saat saya berkunjung ke sana, kebetulan sedang ada segerombolan wisatawan China sehingga suasananya menjadi cukup ramai.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoKubur batu atau Waruga di Museum Negeri Sulawesi Utara. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Padahal menurut koleksi yang dipamerkan terbilang cukup menarik, misalnya kubur batu (waruga), ikan raja laut, Alquran milik pengikut Kyai Maja, dan lainnya.

Berdasarkan info yang saya dapat di museum tersebut, yang diambil dari penelitian arkeologi, diketahui tanda-tanda kehidupan manusia di Sulawesi Utara sudah berlangsung sejak 30 ribu tahun yang lalu, seperti yang ditemukan buktinya di gua Liang Sarru di Pulau Salibabu.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoWisatawan China di Museum Negeri Sulawesi Utara. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Bukti yang lain menunjukkan adanya kehidupan sekitar 6.000 tahun lalu di Situs Bukit Kerang Passo Kecamatan Kakas, dan 4.000 tahun yang lalu sampai awal Masehi di Gua Liang Tuo Mane'e di Arangkaa di Pulau Karakelang.

Kemudian muncul kebudayaan megalitik berupa kubur batu 'waruga', menhir 'watutumotowa', lumpang batu, dan lain-lain sejak 2.400 tahun yang lalu sampai abad 20 Masehi di Bumi Minahasa.

15.00 - Monumen Yesus Memberkati

Sebagai kota yang mayoritas dihuni umat kristiani, Manado memiliki sebuah marka tanah yang menjadi ikon baru kota ini sejak tahun 2007, yakni Monumen Yesus Memberkati.

Saya tidak perlu waktu lama untuk mencapai tempat ini, karena jasa ojek online dan kondisi lalu lintas kota Manado yang belum terlampau padat.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoMonumen Yesus Memberkati. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Bangunan ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan tanah. Monumen ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah Christ the Redeemer di Rio de Janiero, Brazil.

15.30 - Tinutuan dan Cap Tikus

Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Manado namun tidak mencicipi Tinutuan dan Cap Tikus, untungnya saya masih menyimpan minuman fermentasi yang saya dapatkan dari teman. 

Misi saya selanjutnya tinggal mencari warung yang menjajakan Tinutuan atau yang kerap disebut sebagai Bubur Manado.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoTinutuan. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Sepintas penampakan makanan ini kurang menyenangkan, karena mayoritas berwarna kuning yang berasal dari labu dan beragam sayuran. Namun rasanya cukup moderat untuk mulut saya.

16.30 - Tarik tambang perahu

Tujuan terakhir saya di Manado adalah kawasan Taman Berkat (Godbless Park) yang berada di Jalan Piere Tendean.

Taman Berkat kerap disebut sebagai ikon kalangan millennial kota Manado yang berada di kawasan pantai.

Belajar Sejarah Sulawesi Utara di Kota ManadoTarik tambang perahu. (CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Kebetulan sore itu sedang ada rangkaian acara Manado Fiesta yakni tarik tambang perahu, sehingga masyarakat sekitar pun antusias menyaksikan lomba ini

Sembari menikmati pertandingan, saya menikmati kuliner andalan kota Manado yakni seafood. Saya juga berkesempatan bertemu dengan Wali Kota Manado Vicky Lumentut di tempat yang sama dan berbincang tentang seafood favoritnya.

Usai makan saya langsung menuju Bandara Internasional Sam Ratulangi untuk berpulang ke Jakarta. (agr)

Let's block ads! (Why?)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

Related Posts :

Powered by Blogger.