Search

JK: Tak Hati-hati, Investasi Asing Bisa Bunuh Industri RI

JK: Tak Hati-hati, Investasi Asing Bisa Bunuh Industri RI

Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan Indonesia mengalami dilema dalam investasi asing. Di satu sisi, investasi asing dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, jika tidak berhati-hati, investasi yang masuk berpotensi membunuh industri dalam negeri.

"Kita butuh investasi, kita butuh (investasi) dari luar. Tetapi, investasi dari luar itu kalau kita tidak hati-hati, tidak bisa cepat mengubah diri (investasi asing) membunuh industri dalam negeri juga," katanya, Rabu (7/8).

JK mencontohkan kasus pada industri semen. Menurut dia, produsen semen domestik harus bersaing dengan produsen semen asal China. Sebab, mereka dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif, meskipun pangsa pasarnya masih kecil di Indonesia.

Menurut dia, harga semen China lebih kompetitif karena harga pokok produksinya hanya Rp30 ribu per sak. Sedangkan harga pokok produksi dalam negeri mencapai Rp40 ribu per sak.

"Sehingga terjadi penurunan harga di samping over supply (kelebihan pasokan), maka pabrik-pabrik semen akan bersaing dengan hal-hal tersebut," imbuhnya.

Sekadar mengingatkan, belum lama ini santer kabar industri semen domestik tertekan karena pasokannya berlebih. Kelebihan pasokan dalam negeri disinyalir karena produk semen China banjir di pasar. Apalagi, mereka mampu menjual dengan harga di bawah harga produsen domestik.

Tak hanya industri semen, Wapres mengatakan industri baja domestik mengalami kondisi serupa. Produsen baja domestik, seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk kalah bersaing dengan produsen baja China karena kurang efisien. Walhasil, produsen baja dalam negeri tertinggal dari sisi teknologi.

Namun demikian, Indonesia tidak bisa menutup diri dari persaingan pasar tersebut lantaran sudah terikat dengan perjanjian dagang bebas dengan beberapa negara.
[Gambas:Video CNN]
Pemerintah, lanjutnya, tak bisa asal memberikan bea masuk kepada produsen asing guna memproteksi industri dalam negeri. Alih-alih menutup diri, produsen dalam negeri dituntut mampu beradaptasi dengan persaingan terbuka itu.

"Jadi dilema-dilema seperti ini kita harus perbaiki," tandasnya.

(ulf/bir)

Let's block ads! (Why?)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini
Powered by Blogger.