SEPERTI pernah diprediksi lembaga survei, dari 16 parpol yang ikut Pileg 2019, beberapa di antaranya gagal mengirim kadernya ke Senayan. Ternyata banyak betulnya, salah satunya Partai Hanura, besutan Wiranto. Di bawah Ketum OSO yang juga Ketua DPD, Hanura tenggelam. Maka kini antara Wiranto dan OSO saling salah-menyalahkan.
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) didirikan Wiranto tahun 2006, dan tiga tahun kemudian bisa ikut Pemilu 2009. Hasilnya lumayan, berhasil mengirim 18 kadernya ke Senayan sebagai anggota DPR.
Pemilu 2014, kembali Hanura berhasil mengirim kadernya ke Senayan, tapi bukannya nambah, malah kehilangan 2 kursi, sehingga tinggal 16 kursi. Ketika perolehan kursinya menurun, Wiranto selaku Ketum malah meninggalkannya karena ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Menko Polhukam, menggantikan Edy Purdiyatno yag terkena rushufle,
Jokowi maunya tak ada menterinya rangkap jabatan. Oleh karena itu, biar bisa fokus pada tugas kementerian, dia mundur sebagai Ketum dan ditunjukkan OSO, seorang anggota DPD. Ketika terjadi kemelut di DPD gara-gara periode jabatan dipersingkat jadi 2,5 tahun. Di sinilah OSO mau juga diangkat jadi Ketua DPD.
Menurut konstitusi, anggota partai tak boleh duduk di DPD. Tapi terhadap OSO, aturan itu seakan lumpuh. Jadilah politisi pengusaha itu “poligami”; ya Ketum Hanura ya ketua DPD. Bahkan banyak anggota DPD yang “bedol desa” masuk Hanura. Banyak dikritik kalangan pengamat, tapi OSO bersikap cuek bebek. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
Menghadapi Pileg-Pilpres 2019 yang digabung, tugas parpol semakin berat. Tapi OSO malah sibuk gugat sana gugat sini, agar KPU mengizinkan dia maju juga sebagai anggota DPD lagi. Meski MA dan PTUN mengabulkan, tapi KPU bergeming. Dan benar-benar dia gagal jadi Caleg DPD.
Di tengah kekecewaan OSO pada KPU, lembaga survei memprediksi bahwa Hanura akan gagal pula mengirim wakilnya ke DPR. Eh, Situng KPU ternyata benar, tak satupun kader Hanura dapat kursi DPR. Yang mujur justru PKS dan PAN yang diprediksi senasib Hanura, ternyata masih berkibar ke Senayan.
Ketika Hanura tenggelam, OSO justru menyalahkan Wiranto, sebagai Menko Polkam kok tidak tahu situasi partainya sendiri. Sebaliknya Wiranto juga menyalahkan OSO, karena tak bisa mengelola partai dengan baik. “Salah saya memang, kenapa saya dulu menunjuk dia sebagai Ketum.” Ujarnya. Kalau cari kesalahan, yang paling salah tentunya si kambing hitam.- gunarso ts
http://poskotanews.com/2019/05/20/partai-hanura-gagal-ke-senayan-wiranto-dan-oso-salah-salahan/Bagikan Berita Ini