APA yang paling terngiang di benak ketika Lebaran? Ya, suara takbir mendayu-dayu dan beduk bertalu-talu. Lalu kalau pikiran tertuju pada makanan maka ada terlintaslah ketupat sayur sambal godok. Hampir di semua daerah di Nusantara sama. Bedanya barangkali hanya lauk pauknya. Gulai, gudeg, sayur lodeh, opor ayam, rendang dll.
Namun semua makanan itu juga sudah familiar bagi semua warga masyarakat Indonesia. Lidah mereka tidak menolak, biar makanan itu datangnya bukan dari daerahnya. Orang Jawa bisa menikmati rendang, orang Sumatera nggak asing ketika disuruh makan gudeg. Orang Betawi pun nggak menolak ketika makan lauk sayur ledeh.
Coba apa saja tengok itu yang namanya warteg, yang makan di situ bukan orang Jawa saja, begitu juga warung nasi padang yang santap di situ ada pula orang Jawa dan lainnya.
O, iya masih seputar tradisi Lebaran. Ketupat biasanya disantap setelah pulang salat Ied bersama handai taulan. Menikmati sambal godok, opor ayam, semur daging kerbau, wuah betapa nikmatnya. Apalagi ditingkahi suara takbir yang mendayu-dayu dan beduk yang ditabuh oleh orang dari kejauhan sana. Indah menyentuh kalbu, ketika nama Yang Maha Kuasa dilantunkan; Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akabar…!
Ketupat bukan saja nikmat dan sekadar mengenyangkan perut, tapi juga penuh dengan filosofi dan nasihat. Adalah Sunan Kali Jaga yang memperkenalkan Kupat di Tanah Jawa, bahwa Ketupat atau kupat artinya ngaku lepat, mengakui kesalahan. Dan kupat juga punya filosopi kesempurnaan,kesucian hati, dan sebagai simbol permohonan maaf.
Nasihat yang luar baisa. Nah, siapa yang bisa menikmati lebaran dengan makan ketupat, tentu saja kita maunya begitu. Tapi, ada juga sih, yang lebaran nanti nggak bisa makan ketupat dengan keluarga di rumah, karena harus penjalani hukuman, termasuk pejabat yang terlibat korupsi. – (massoes)
http://poskotanews.com/2019/05/31/bedug-ketupat-sambal-godok/Bagikan Berita Ini