BAMBU yang semula bersatu, dibelah menjadi dua. Ada yang diangkat dan ada yang diinjak, direndahkan.Yang diangkat tentu saja orang yang dalam kelompok tertentu karena memang sedang berjaya, dan harus dimulyakan, diangkat selalu ada di atas.
Sementara yang diinjak, ya karena orang kebanyakan yang memang nggak perlu diangkat. Itu sampah, jadi harus dicampakan. Karena dibela pun nggak ada keuntungannya,nggak punya kekuatan apa-apa.
Dalam soal hukum saja, misalnya keduanya ada perbedaan. Yang di atas, bisa dimanjakan oleh hukum. Kalau dia terjerat hukum, bisa melakukan apa saja, termasuk bebas berkeliaran. Katakan dia melanggar hukum, tapi karena jabatannya tinggi, punya beking, maka hukum pun tak setegas buat orang kecil yang diinjak tadi.
Orang kecil, ibarat kata mencuri jemuran saja, bisa masuk ke penjara. Orang kecil memang harus merasakan betapa hukum itu tegas pada mereka, biar tahu rasa. Jadi jangan sampai mencuri atau merampok lagi.
Injak di bawah, angkat di atas, ini peribahasa yang disebut ‘politik belah bambu’. Orang paham, di jaman now masih ada yang begitu. Orang yang merasa mampu dalam segala hal,mampu mempengaruhi penguasa. Ketika dia kena masalah hukum, itu mah gampang, bisa cincay-cincay. Jadi nggak usah takut, melanggar hukum. Pasti akan lolos!
Begitukah? O, seharusnya ya nggak begitu-begitu amat, sih. Karena juga masih ada yang berani menindak tegas, siapa pun mereka yang melakukan perbuatan kriminal. Dalam kasus korusi,kayaknya KPK sekarang ini nggak tebang pilih, siapa saja yang korup langsung dicokok.
Atau masih ada yang mau mentang-mentang, bisa mengalahkan hukum? Silakan saja, karena hukum bukan saja yang dibuat manusia yang bisa dibolak balik. Ingat hukum Allah, yang sedikitpun nggak bakalan meleset ! -massoes
Bagikan Berita Ini